REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan audit Lansweeper, kurang dari setengah PC bisnis mampu menjalankan sistem operasi (OS) Microsoft Windows terbaru. Dalam pemindaian 30 juta perangkat Windows di 60.000 perusahaan, Lansweeper menemukan bahwa 44,4 persen adalah Windows 11- ready, sementara 55,6 persen tidak.
Hasilnya juga menunjukkan jumlah mesin yang menjalankan sistem operasi akhir masa pakai telah turun menjadi 6,6 persen dibandingkan dengan 9,75 persen pada Januari 2022. Sebagian besar dari jumlah tersebut menjalankan Windows XP (1,71 persen) dan Windows 7 (4,7 persen).
Sementara sebagian besar (91 persen) PC memiliki memori yang cukup untuk menjalankan Windows 11, Lansweeper menemukan hanya setengah dari workstation yang memiliki modul platform terpercaya (TPM) yang memenuhi persyaratan untuk sistem operasi. Lebih dari 19 persen gagal dan 28 persen dari stasiun kerja yang diaudit tidak kompatibel dengan TPM atau tidak memiliki fungsi yang diaktifkan.
Audit Lansweeper juga menunjukkan bahwa dua pertiga (66,4 persen) perangkat memiliki RAM terpasang yang cukup untuk memenuhi spesifikasi sistem untuk menjalankan virtualisasi pada Windows 11. Namun, ketika Lansweeper memeriksa dukungan TPM di mesin virtual, ditemukan bahwa hanya 0,23 persen dari perangkat virtual workstation telah mengaktifkan TPM 2.0.
“TPM tidak pernah diperlukan untuk Windows dan sementara melewati TPM (vTPM) ada untuk memberikan mesin virtual TPM, itu jarang digunakan,” kata Lansweeper.
Ini berarti sebagian besar workstation VM perlu dimodifikasi untuk mendapatkan vTPM sebelum mereka dapat meningkatkan ke Windows 11.
TPM pada server fisik hanya lulus uji 1,49 persen dari waktu, menurut temuan audit. Ini berarti 98 persen dari server yang ada akan gagal untuk meningkatkan jika Microsoft membuat sistem operasi server dengan persyaratan yang sama di masa depan. Untuk server virtual, ditemukan bahwa tidak ada server yang mendukung TPM.
“Meskipun tingkat adopsi meningkat sedikit demi sedikit, jelas bahwa peningkatan Windows 11 tidak berjalan secepat yang diharapkan Microsoft, terutama dalam lingkungan bisnis,” kata Roel Decneut, chief strategy officer di Lansweeper, dilansir dari ComputerWeekly, Rabu (20/4/2022).
“Banyak organisasi telah menunda karena harus membeli mesin baru yang memenuhi persyaratan ini, sementara yang lain hanya senang dengan keberadaan Windows 10 saat ini yang terus didukung hingga 2025. Situasi ini kemungkinan akan berlanjut di masa depan kecuali bisnis diberikan alasan kuat untuk meningkatkan,” tambahnya.