Sabtu 14 Aug 2010 01:49 WIB

Din Ingatkan Umat agar Hidup Hemat, Termasuk di Bulan Ramadhan

Rep: Yoebal Ganesha/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin, Kamis malam (12/8) berkesempatan mengisi ceramah tarawin di Masjid UGM, Sleman. Pada kesempatan itu, Din mengajak umat Islam untuk berefleksi dan memperbanyak amal ibadah.

Din yakin refleksi dan mereformasi diri bisa menjadikan kehidupan kebangsaan menuju kondisi yang lebih baik. ''Saat ini, banyak (di antara kita) yang mengalami tuna moral, tuna aksara Alquran. Terlebih lagi di kelompok elitenya. Masih banyak kita dapati mereka melakukan korupsi, melalaikan mereka yang miskin dan mementingkan diri sendiri serta kelompoknya,'' kata Din.

Dalam kesempatan itu, Din juga mengingatkan hadirin akan pentingnya gerakan hidup sehat dan hemat sebagai implementasi ibadah di bulan Ramadhan. Katanya, melalui praktik berpuasa selama satu bulan penuh, sebenarnya banyak pesan dan refleksi kehidupan dari ajaran agama Islam untuk menjadikan kehidupan lebih baik. ''Berpuasa di bulan Ramadhan itu seharusnya menjadikan manusia atau umat yang menjalankan tiap ibadahnya menjadi lebih baik dan mampu menahan hawa nafsu,'' katanya.

Melalui ibadah di bulan Ramadhan, lanjut Din, umat Islam harus memperkuat lagi sendi-sendi keagamaan dan pemahaman atas agama dengan lebih baik. Caranya dengan mempelajari dan mengamalkan ajaran di dalam Alquran, membaca kembali ayat-ayat suci, dan memperbanyak sedekah.

Bulan Ramadhan, kata Din, seharusnya membuat bangsa merasa berbahagia karena mendapati bulan penuh barokah dan rahmat. Hanya saja disayangkan banyak pihak merasa ketakutan dan mengabaikan saat menemui bulan puasa. ''Malah muncul kekhawatiran soal ketersediaan pangan yang tidak mencukupi dengan tingkat konsumsi berlebihan pada menjelang puasa,'' tuturnya.

Ramadhan yang ditunggu-tunggu tetapi fenomena sekarang malah ditakuti karena salah mengartikan. ''Terkait konsumsi berlebihan itu seharusnya tidak perlu terjadi karena ada pesan imsak yang artinya menahan diri,'' katanya.

Untuk itu, Din mengingatkan umat Islam untuk merefleksikan amal ibadah, dengan membatasi konsumsi, tidak berlebihan dan menahan hawa nafsu. Akhir dari proses puasa di bulan Ramadhan bukan berpuncak pada penampilan dalam baju yang bagus saat Idul Fitri, tetapi kemampuan mengendalikan hawa nafsu dan keinginan-keinginan.

Ramadhan disebutkan sebagai proses mendaki anak tangga menuju puncak ketakwaan dan mengingat kepada Allah. Diingatkan pula, selama Ramadhan bukanlah waktu untuk tidur pulas di siang hari. ''Memang ada yang bilang tidurnya orang berpuasa itu ibadah tapi bukan alasan untuk tak produktif. Sebaliknya, saat berpuasa itu produktivitas seharusnya meningkat, termasuk amal ibadahnya,'' jelas Din.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement