REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA--Masjid Al-Falah di Philadelphia adalah masjid yang didirikan oleh komunitas Indonesia di Philadelphia. Komunitas ini menjadikan Masjid Al-Falah bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat untuk bersosialisasi, menimba ilmu agama, dan mengurangi rasa kangen untuk beribadah sebagaimana Muslim di Indonesia.
Masjid Al-Falah terletak di 1603 S. 17th Street, Philadelphia dan merupakan masjid Indonesia kedua yang didirikan di Amerika Serikat (AS), setelah Masjid Al-Hikmah di New York. Masjid ini didirikan oleh Komunitas Indonesia di Philadelphia secara gotong royong pada tahun 2008.
Sebelum ada Masjid Al-Falah, komunitas ini mengadakan kegiatan pengajian atau tarawih di gereja yang dipinjamkan oleh jemaat gereja yang kebetulan juga orang Indonesia atau di apartemen anggota komunitas itu. Nama Al-Falah dipilih sebagai simbol dan harapan kemenangan anggota komunitas ini diperantauan.
Achmad Munjid dan Ahmad Rafiq, dua orang mahasiswa S3 di Temple University di Philadelphia, jurusan Religious Studies, secara aktif ikut berkecimpung dalam kegiatan di masjid ini. Secara bergantian dengan anggota lain komunitas masjid ini, mereka berdua menjadi imam, berkotbah, dan berbagi ilmu agama dengan jamaah Masjid Al-Falah.
Menurut Munjid, kebutuhan untuk berkumpul dan kerinduan akan beribadah ala Indonesia, terutama dalam bulan Ramadhan dan ketika Idul Fitri menjadi salah satu faktor pendorong untuk mendirikan Masjid Al-Falah.
“Pertama karena tidak pakai bahasa Indonesia. Meskipun kami mengikuti semuanya, karena yang namanya orang Islam itu sembahyang kan sama saja. Tetapi di luar hal-hal itu kami merasa kurang at home, kadang-kadang komunitas-komunitas tertent terlalu kaku, sedikit-sedikit bid’ah sedikit-sedikit haram. Kami yang di Indonesia terbiasa lentur cara beragamanya, kan menjadi agak merasa kurang nyaman,” ungkap Munjid.
Kegiatan-kegiatan Ramadhan di Masjid Al-Falah ini juga mirip dengan yang biasa dilakukan di masjid-masjid di Indonesia, seperti buka puasa bersama dengan menu takjil Indonesia, tarawih, dan tadarus bersama. Adapula Pondok Ramadhan untuk anak-anak, dan juga Khataman Al-Quran, salah satu kegiatan yang jarang ditemukan di masjid komunitas non-Indonesia.
“Pada saat takjil itu suasananya seperti kembali ke Indonesia, suasana itu memang indah sekali. Jadi tidak cuma takjilnya yang membuat menarik, tetapi suasananya,” ungkap Rafiq.
Rafiq mencontohkan, beberapa masjid di Philadelphia ada yang secara ketat memisahkan laki-laki dan perempuan, walaupun itu menurutnya tidak salah.
“Tetapi di tempat kami, ya bukan berarti campur-campur semaunya gitu ya, tetapi ya udah semua bisa mingle sama-sama, sambil ngobrol, dan ditambah lagi makanannya Indonesia sekali. Ada dawet, ada kolak. Ini yang membuat teman-teman semangat datang. (Ini) yang tidak akan ketemu di masjid-masjid orang sini,” imbuh Rafiq.
Salah satu hal yang menarik dari komunitas Masjid Al-Falah ini adalah keterbukaan. Mereka sering mengundang warga non-Muslim untuk mengikuti kegiatan mereka seperti buka puasa bersama dan merayakan Idul Fitri. Seperti yang diungkapkan Achmad Munjid, di sini agama menunjukkan fungsinya yang sesungguhnya yaitu menopang dan menyantuni kehidupan batin, memberikan orientasi makna yang membebaskan bagi para pemeluknya di manapun mereka berada.