REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, memanfaatkan Ramadhan sebagai sarana silaturahim dengan warga. Prijanto bahkan selalu buka puasa bersama warga dari satu masjid ke masjid yang lain. Kali ini dia mengunjungi
Pada pukul 17.00 WIB, dia langsung mendatangi masjid dan berkumpul bersama warga. “Hambar rasanya kalau tidak bersilaturahmi,” terang Prijanto saat berada di Masjid Pangeran Jayakarta, Pulogadung, Jakarta Timur, Jumat (13/8) di hadapan sekitar 200 jamaah.
Wakil gubernur berbusana putih-putih dan diapit warga Jatinegara Kaum. Sambil duduk, dia mendengarkan siraman rohani. Dia juga mempersilakan hidangan berbuka puasa yang disajikan untuknya dimakan warga. “Saya juga warga,” terangnya. Jabatan yang dimilikinya bersifat sementara dan tidak kekal.
Dia percaya, silaturahim memperluas rezeki. Ikatan emosional sesama manusia menjadi semakin erat. Rezeki bukan hanya berbentuk materi tetapi juga batin. Kesempatan menikmati Ramadhan adalah salah satu rezeki yang harus disyukuri. Belum tentu di tahun yang akan datang bulan suci ini kembali bisa dirasakan. “Bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir,” paparnya.
Di bulan-bulan selain Ramadhan, dia akan tetap bersilaturahim. “Tetapi tidak seperti sekarang,” ujarnya. Dia mengatakan, silaturahim saat ini terasa lebih segar, meskipun tidak makan dan minum seharian. “Itulah nikmatnya bersilaturahmi di bulan Ramadhan,” terangnya.
Selain itu, sambungnya, silaturahim memperkuat keimanan. Shalat berjamaah, baik yang wajib maupun sunnah, mendorong seseorang untuk lebih dekat dengan Allah. Seseorang merasa rendah diri. Merasa tidak memiliki apa-apa.
Prijanto menilai silaturahmi kali ini bernuansa spiritual dan bukan hanya bernilai keduniaan, tetapi juga akhirat. Pahala yang berlipat adalah ganjaran silaturahmi. Selain itu, terangnya, perkumpulan membuat berkah mudah datang. Apa yang terasa kurang menjadi tercukupi. Makanan apapun yang penting halal enak disantap.
Perkenalan dengan tokoh masyarakat sudah pasti terjadi. Dari yang belum kenal menjadi kenal. Dari yang kesulitan menjadi tertolong. Dari yang biasanya menyendiri menjadi berkumpul bersama-sama. Dirinya mengatakan inti dari silaturahmi adalah saling membantu.
Jika ada orang yang tidak memiliki makanan untuk berbuka maka berikanlah dia makanan meskipun hanya satu biji kurma. Silaturahmi membuat seseorang merasa tidak sendirian. Kepedulian dan rasa berempati tumbuh berkembang. Hati dan hubungan sesama manusia semakin akrab.
Selain itu, silaturahmi membuat permusuhan berubah menjadi persahabatan. Rasa dendam berubah menjadi kasih sayang. Apatis berubah menjadi kepedulian. “Banyak sekali faidahnya,” ucap wakil gubernur itu.
Bagaimanapun keadaan seseorang haruslah disyukuri. Jika kemampuannya hanya bisa membeli tempe jangan dipaksakana membeli daging. “Hidup sesuai kebutuhan dan kemampuan itu lebih nikmat,” terangnya. Ia berpesan, mereka yang dikunjungi tamu tidak perlu memaksakan diri untuk bermewah-mewah dalam penyambutan. Menurut dia, keberkahan akan semakin terasa kalau apa adanya.