REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebagai pakar tata boga, Yani Ismayani setiap hari harus berhadapan dengan dapur dan masakan. Dia pun mengakui, selama bulan puasa tak sedikit godaan untuk mencicip makanan yang sedang dibuatnya. Dia beralasan, selain nafsu, kekhawatiran kurang lezatnya masakan menjadi penyebab. "Kalau puasa itu godaannya mau cicipin masakan. Soalnya, belum ketahuan enak atau tidaknya," ujar lulusan Universitas Negeri Jakarta Jurusan Tata Boga ini kepada Republika.co.id, baru-baru ini.
Ia pernah dinasihati guru mengajinya untuk tidak membayangkan makanan secara berlebihan. Guru mengaji aya pernah mengajarkan, dibulan puasa itu ada dua nafsu yang harus dihindarkan yakni nafsu syahwat, dan nafsu melihat makanan," kata dia. Berkat didikan sang guru, Yani tetap menahan diri kendati godaan mencicipi selalu muncul. "
Bercerita tentang puasa, Yani memiliki pengalaman yang menarik. Selama bulan puasa ia selalu memasak dalam jumlah besar. Menurut dia, bulan puasa adalah momen yang tepat untuk berbagi kebahagian. Kebahagiaan itu bisa diwujudkan melalui membagi makanan kepada tetangganya. Karena itu, dia selalu mempertahankan tradisi itu hingga kini.
Selain berbagi makanan, Yani punya cara khusus untuk menjadikan Ramadhan sebagai momen perbaikan diri. Setiap berpuasa dirinya selalu memiliki target, misal, memperbanyak silaturahmi, beribadah dan tak lupa target berbagi makanan. Menurut dia, keberadaan target membantunya memunculkan motivasi untuk berbuat lebih baik. "Setiap puasa saya selalu memperbaiki diri, dari sisi ibadah, sisi berbagi," tuturnya.
Ihwal tips berpuasa, Yani menyarankan agar umat islam yang berpuasa banyak mengkonsumsi kurma. Yani mengungkap kurma memiliki nilai kalori yang lebih besar dari buah-buahan sejenis. Sebabnya, kurma sangat cocok untuk dikonsumsi saat berpuasa. Selain kurma, Yani juga menyarankan orang yang berpuasa perbanyak makanan sayuran dan buah-buahan. Menurut dia, sayuran dan buah-buahan membantu seseorang menahan rasa lapar lebih lama.