REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan AS Janet Yellen berencana untuk melewatkan beberapa sesi pertemuan keuangan G20 minggu ini. Ini dilakukan sebagai protes atas serangan Rusia terhadap Ukraina.
Dua pejabat senior Departemen Keuangan AS mengatakan Yellen akan mendesak anggota Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk meningkatkan tekanan pada Moskow. Departemen Keuangan akan berkonsentrasi untuk menindak mereka yang berusaha menghindari sanksi besar-besaran yang dijatuhkan pada Rusia atas perang, dan mereka yang memfasilitasi upaya semacam itu, kata salah satu pejabat.
Keputusan Yellen untuk menghindari beberapa sesi yang diikuti oleh pejabat Rusia menggarisbawahi pandangan AS bahwa Rusia harus dikeluarkan dari lembaga keuangan global karena invasinya, kata pejabat itu.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dapat menghadiri setidaknya sebagian dari pertemuan G20 secara virtual, kata pejabat itu, mengulangi komentar Yellen baru-baru ini bahwa itu tidak bisa lagi menjadi "business as usual" bagi Rusia di G20 dan lembaga internasional lainnya.
Yellen akan menghadiri sesi pembukaan keuangan G20 tentang dampak ekonomi perang Rusia di Ukraina, termasuk perkiraan IMF tentang kontraksi 35 persen dalam PDB ekonomi Ukraina tahun ini. Bahkan jika pejabat Rusia menghadiri sesi itu, pejabat itu mengatakan penting bagi Yellen untuk berpartisipasi dan berdiri bersama sekutu Amerika untuk mendukung Ukraina.
Washington dan sekutunya akan lebih lanjut melakukan konsultasi mengenai sanksi yang dikenakan pada Rusia, termasuk fokus untuk menggagalkan penghindaran sanksi yang sebelumnya dijatuhkan, kata seorang pejabat. Pejabat itu menolak untuk membahas langkah-langkah spesifik selanjutnya, tetapi menambahkan bahwa sanksi tambahan, termasuk tindakan yang menargetkan industri Rusia, akan berusaha untuk lebih membatasi ekonomi Rusia dan kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan.
Yellen akan mengadakan panel tingkat tinggi pada Selasa (19/4/2022) untuk membahas tanggapan global terhadap krisis keamanan pangan yang diperburuk oleh invasi Rusia, kata Departemen Keuangan.