REPUBLIKA.CO.ID, SHARJAH -- Ratusan warga asal Rusia dan Ukraina memadati satu-satunya gereja ortodoks Rusia di semenanjung Arab. Mereka berkumpul di tempat yang jauh dari rumah untuk merayakan Paskah dengan damai, di tengah konflik peperangan yang masih terus berlanjut.
Di gereja yang berlokasi di Sarjah tersebut, para warga asal Rusia dan Ukraina berkumpul sebagai ekspat yang telah menjalani kehidupan baru di negeri orang. Meski ada ketegangan di antara kedua negara, para ekspat yang berasal dari dua negara yang sedang berkonflik ini bisa berkumpul secara harmonis.
"Saya tidak memiliki masalah dengan orang-orang Rusia sebagai manusia," jelas warga asal Ukraina, Sergei, yang telah menetap di Dubai selama lima tahun, seperti dilansir GulfToday.
Beberapa warga asal Rusia yang berkumpul di gereja juga menyatakan bahwa mereka tidak mendukung peperangan. Akan tetapi, mereka juga menghindari konfrontasi.
Oleh karena itu, dalam perayaan Paskah tersebut, banyak warga asal Rusia yang terjebak pada percakapan basa-basi saja dengan warga asal Ukraina. Percakapan yang terjadi di antara mereka hanya seputar perayaan Paskah san cuaca.
"Kami semua sama, kami datang dari Rusia atau Ukraina untuk mrncari kehidupan yang lebih baik di sini," jelas warga asal Rusia, Kata, yang kini menetap di Dubai.
Kata mengatakan ada atmosfer yang terasa aneh di antara warga asal Rusia dan Ukraina ketika berinteraksi. Mereka semua berusaha sebaik mungkin untuk tidak berbicara mengenai peperangan.
"Itu terlalu menyakitkan, terlalu sulit," jelas Kata.
Sebagai Kristiani, para warga asal Rusia dan Ukraina kini hidup sebagai minoritas di Uni Emirat Arab. Di sekeliling mereka, ada banyak masjid yang mengumandangkan adzan setiap harinya.
Meski begitu, mereka merasa kehidupan mereka lebih baik. Mereka juga merasa diperlakukan dengan lebih hangat di Uni Emirat Arab.
"Negara ini bersikap lenih hangat kepada kami dibandingkan Eropa," jelas Maria, warga yabg berasal dari Belarus dan kini tinggal di Dubai.
Maria mengatakan tak ada kebencian di negara tersebut. Semua yang terjadi pun terasa sangat alami.
Gedung-gedung tinggi hingga mall mewah di kota Dubai, Uni Emurat Arab, telah lama menarik perhatian banyak pengunjung Rusia. Rusia bahkan menjadi penyumbang turis ektiga terbanyak untuk Uni Emirat Arab pada tahun lalu.
Sebelum perang terjadi, Kedutaan Besar Rusia memperkirakan ada sekitar 40 ribu warga Rusia di Uni Emirat Arab. Selain itu, ada sekitar 60 ribu warga berbahasa Rusia yang datang dari negara-negara bagian Soviet dan kini berada di Uni Emirat Arab.
Dubai juga menjadi salah satu dari sedikit koridor penerbangan ke Moscow yang masih beroperasi saat ini. Oleh karenanya, Dubai tampak menjadj magney bagi sejumlah orang Rusia kaya yang putus asa akan masa depan negara mereka dan khawatir akan mata pencaharian mereka.
Uni Emirat Arab juga tidak memberlakukan sanksi terhadap Rusia. Negara ini masih menjalin hubungan yang dekat dengan Rusia.
Orang Rusia tidak memerlukan visa untuk bisa masuk ke Uni Emirat Arab. Setiap investasi lebih dari 200.000 dolar AS di bidang real estate, akan menjamin residensi tiga tahun bagi warga Rusia.
Orang-orang Rusia pada umumnya melihat Dubai sebagai surga yang semakin langka, seiring debgan menggeloranya permusuhan anti-Rusia di dunia akibat perang. Seperti diketahui, pernag yang diinisiasi oleh Rusia telah mengguncang stabilitas Eropa, membuat harga minyak melonjak, dan memicu krisis pengungsi terburuk di benua itu sejak Perang Dunia II.
"Dubai adalah tempat terbaik untuk bisnis dan peluang kerja karena kondisi di negara kami berubah secara radikal," jelas warga asal Rusia, Leonid, yang pindah ke Dubai setelah perang.
Sumber:
https://www.gulftoday.ae/news/2022/04/24/russians-ukrainians-together-mark-a-peaceful-easter-in-sharjah