Selasa 26 Apr 2022 19:33 WIB

BNI Batal Lakukan Rights Issue di Tahun Ini

Pembatalan rights issue lantaran pertumbuhan laba BNI menunjukkan tren positif.

(Ki-ka) Direktur IT dan Operasi BNI Y.B. Hariantono, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Direktur Bisnis UMKM BNI, Muhammad Iqbal, dan Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada dalam Public Expose Kuartal I 2022 BNI, Selasa (26/4/2022). BNI menegaskan bahwa rights issue di tahun 2022 batal dilakukan.
Foto: BNI
(Ki-ka) Direktur IT dan Operasi BNI Y.B. Hariantono, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Direktur Bisnis UMKM BNI, Muhammad Iqbal, dan Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada dalam Public Expose Kuartal I 2022 BNI, Selasa (26/4/2022). BNI menegaskan bahwa rights issue di tahun 2022 batal dilakukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menegaskan, rights issue di tahun 2022 batal dilakukan. Pembatalan tersebut lantaran pertumbuhan laba perseroan menunjukkan tren positif.

"Artinya penambahan modal secara organik dari profitabilitas ini sangat bisa diharapkan dari tahun-tahun serta kuartal-kuartal yang akan ke depan, sehingga kami rasa kami tidak lagi memerlukan rights issue," kata Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini dalam Public Expose Kuartal I 2022 di Jakarta, Selasa (26/4/2022).

Baca Juga

Dengan demikian, ia menyebutkan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemangku kebijakan terkait mengenai pembatalan rencana rights issue di tahun ini. Pada Maret 2022, rasio kecukupan modal inti BNI mencapai 17,3 persen, jauh di atas ketentuan regulator.

Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) pun tercatat berada pada posisi 19,3 persen atau naik 120 basis poin pada triwulan I. Selain itu, Novita menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu ini.

"Jadi kami melihat, dengan kondisi permodalan BNI yang sampai dengan Maret 2022 ini sudah cukup baik dan mampu mengantisipasi pertumbuhan BNI di masa yang akan datang. Kami tidak akan melakukan rights issue lagi," tegasnya.

Dalam masa pemulihan ekonomi awal tahun ini BNI, kata dia, memperkuat posisi permodalan dan likuiditas agar menjadi pondasi dalam melanjutkan kestabilan kinerja sekaligus menopang pertumbuhan bisnis lebih positif.

Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dengan rasio dana murah atau current account and saving account (CASA) masih mendominasi dan terus meningkat menjadi 69,2 persen dari periode sama tahun lalu 67,9 persen.

Menurut dia, pertumbuhan dana murah mendorong perbaikan Cost of Fund dari 1,74 persen pada akhir kuartal pertama 2021 menjadi 1,46 persen pada kuartal pertama 2022. Ruang untuk ekspansi pun masih terbuka, yang ditunjukkan dari loan to deposit ratio yang berada pada 85,02 persen.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement