Ahad 01 May 2022 12:25 WIB

Hal yang Perlu Diketahui Terkait Penyakit Hati Berlemak Anak

Penyakit hati berlemak mempengaruhi sekitar 34 persen anak dengan obesitas.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Penyakit hati berlemak mempengaruhi sekitar 34 persen anak dengan obesitas.
Foto: www.freepik.com.
Penyakit hati berlemak mempengaruhi sekitar 34 persen anak dengan obesitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD) menjadi sangat umum dan telah mempengaruhi 34 persen anak-anak dengan obesitas, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di pubmed.gov. Laman Medical News Today menyatakan bahwa NAFLD adalah penyakit hati yang paling umum di antara anak-anak di Amerika Serikat (AS).

Jumlahnya tampak meningkat di seluruh dunia. Selain morbiditas terkait hati, NAFLD juga meningkatkan risiko penyakit kardiometabolik di masa dewasa.

Baca Juga

“Penyakit hati berlemak terjadi ketika ada terlalu banyak lemak yang menumpuk di hati,” kata Dr Shailesh Sable, konsultan, transplantasi hati dan ahli bedah HPB, Apollo Hospitals, Navi Mumbai, kepada laman Indian Express, dikutip Ahad (1/5/2022). 

Lebih lanjut dia mengatakan lemak memicu peradangan, menyebabkan cedera hati atau hepatosit dan menghasilkan penyembuhan dengan fibrosis (jaringan parut). Hingga akhirnya terjadi penyakit hati stadium akhir yang disebut sirosis.

Dokter juga mencatat bahwa obesitas pada masa kanak-kanak meningkat selama dua dekade terakhir dan secara langsung berhubungan dengan peningkatan simultan penyakit hati berlemak anak. Orang tua tidak menyadari bahwa obesitas memiliki hubungan langsung dengan diabetes (tipe 2) dan sindrom metabolik yang juga merupakan penyebab penyakit hati berlemak. 

Faktor lainnya, gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan kebiasaan makan tidak sehat, seperti cepat saji maupun berpengawet. Namun, tidak semua penyakit hati berlemak berhubungan dengan obesitas, melainkan ada beberapa mutasi genetik terutama terkait dengan homeostasis kolesterol.

Kondisi NAFLD pada umumnya tidak menunjukan gejala. Pada tahap awal, gejalanya bisa berupa mudah lelah, rasa tidak nyaman di perut kanan atas. Sementara tahap sirosis dapat hadir dengan penyakit kuning, cairan di perut atau pembengkakan di kaki, disorientasi (kantuk berlebihan di siang hari) dan lainnya.

 

Apakah diet dan olahraga satu-satunya solusi?

Gisi seimbang, membatasi gula dan garam, banyak sayuran berdaun hijau dan buah-buahan segar ditambah olahraga teratur, baik untuk tubuh. Tetapi tidak semua penyakit lemak hati berhubungan dengan obesitas.

“Tidak ada obat yang disetujui untuk penyakit hati berlemak, beberapa penelitian menunjukkan peran vitamin E dan obat anti-diabetes tetapi tetap eksperimental. Sampai saat itu diet seimbang dan olahraga teratur tetap menjadi terapi standar emas,” katanya.

 

Apa yang bisa dilakukan orang tua?

Skrining untuk penyakit lemak hati cukup kontroversial saat ini, sebagian karena tidak ada pengobatan selain penurunan berat badan dan tidak tersedianya alat skrining yang sempurna. Dr Sable mengatakan bahwa “ultrasonografi (USG) hati (rentan terhadap variasi antar pengamat) dan tes fungsi hati (AST/ALT) untuk memeriksa peradangan pada hati adalah modal yang umum digunakan oleh sebagian besar dokter.

MRI hati jarang dapat digunakan untuk menilai lemak di hati. Biaya tinggi dan claustrophobia membatasi kegunaannya.

Apa yang bisa menjadi komplikasi jika penyakit berkembang tidak terkendali?

Penyakit hati berlemak adalah spektrum penyakit mulai dari akumulasi lemak ringan di hati (fatty liver), NASH atau steatohepatitis non-alkohol (radang pada hati berlemak) hingga sirosis (penyakit hati stadium akhir). Sirosis karena peradangan jarang terjadi pada anak-anak, tapi merupakan komplikasi jangka panjang yang mengarah ke penyakit hati stadium akhir. 

Sirosis muncul dengan penyakit kuning, Asites (cairan di perut), ensefalopati (disorientasi / koma), dan disfungsi organ lain seperti ginjal, jantung dan paru-paru.

Organ hati berfungsi menjaga metabolisme tubuh, membantu membersihkan racun dan produk limbah, memberikan kekebalan (menyaring bakteri dari darah), memproduksi protein dan kolesterol serta membantu pembekuan darah. Jika fungsi itu berhenti bekerja karena sirosis (penyakit hati stadium akhir), maka transplantasi hati adalah satu-satunya pilihan perawatan yang menyelamatkan jiwa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement