REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN – Paus Fransiskus kembali menyuarakan kritik tajam atas konflik di Ukraina. Kali ini, dia menyoroti situasi di kota Mariupol yang disebutnya dibombardir secara biadab.
“Pikiran saya langsung tertuju ke Kota Mariupol di Ukraina, kota Maria, yang dibombardir dan dihancurkan secara biadab,” kata Paus Fransiskus kepada ribuan jemaat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Ahad (1/5/2022).
Meski tidak secara eksplisit menyebut Rusia, pernyataan Paus Fransiskus dinilai sebagai kritik implisit yang dilayangkan untuk Moskow. “Saya menderita dan menangis memikirkan penderitaan penduduk Ukraina, khususnya yang paling lemah, orang tua, anak-anak,” ujar Paus Fransiskus.
Dia pun mempertanyakan apakah segala kemungkinan telah dilakukan untuk mengakhiri pertempuran di Ukraina lewat dialog. “Sementara kita menyaksikan kemunduran kemanusiaan yang mengerikan, saya bertanya pada diri sendiri, bersama dengan banyak orang lain yang menderita, apakah perdamaian benar-benar dicari, apakah memang ada kemauan untuk menghindari eskalasi militer dan verbal yang berkelanjutan, apakah semuanya dilakukan untuk membungkam senjata,” ucapnya.
Pekan lalu, Paus Fransiskus kembali menyerukan gencatan senjata dalam konflik di Ukraina. Hal itu disampaikan saat dia berpidato di Lapangan Santo Petrus dalam rangka peringatan Paskah oleh umat Kristen Ortodoks dan Katolik di ritus Timur, Ahad (24/4/2022).
Pada kesempatan itu, Paus Fransiskus menyadari bahwa 24 April 2022 menandai konflik Rusia dengan Ukraina telah genap berlangsung selama dua bulan. “Sangat menyedihkan bahwa pada hari-hari ini, yang merupakan hari paling suci dan paling khusyuk bagi semua orang Kristen, deru senjata yang mematikan terdengar daripada suara lonceng yang mengumumkan Kebangkitan; dan menyedihkan bahwa senjata semakin menggantikan kata-kata,” ucapnya dikutip laman United Press International.
Dia mengungkapkan meski telah berlangsung dua bulan, alih-alih mereda, peperangan di Ukraina justru kian memburuk. “Saya memperbarui seruan saya untuk gencatan senjata Paskah, tanda minimal dan nyata dari keinginan untuk perdamaian. Serangan itu harus dihentikan, guna menanggapi penderitaan penduduk yang kelelahan; serangan harus dihentikan,” ujar Paus Fransiskus.
Kepada para politisi, Paus Fransiskus menyerukan agar mereka mendengarkan suara orang-orang yang menginginkan perdamaian.