REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Allah SWT merahasiakan waktu terjadinya kiamat dan datangnya kematian.
Lalu mengapa waktu terjadinya kiamat dan kematian dirahasiakan? Menurut pakar tafsir yang juga anggota dewan pakar Pusat Studi Alquran Jakarta, KH Muhammad Arifin, di antara hikmah dirahasiakannya waktu terjadinya kiamat dan kematian adalah agar manusia agar manusia bersiap setiap saat menghadapi kematian dan kiamat.
Tetapi pada saat yang sama manusia juga tetap menjalani hidup dan memakmurkan bumi dengan penuh gairah dan semangat.
"Kita mengambil hikmah bahwa setiap orang bersiap kapan saja nyawanya dicabut, bersiap kapanpun kiamat terjadi. Tetapi disisi lain ada ulama yang berpendapat bahwa, dengan disembunyikannya kapan seseorang meninggal dan kapan Kiamat, itu agar manusia bisa hidup bergairah, meramaikan dan memakmurkan bumi," kata kiai Arifin ketika mengisi halaqah tafsir surat Taha ayat 15 yang diselenggarakan Masjid Bayt Alquran, Pondok Pesantren Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Kiai Arifin, bila manusia mengetahui kapan terjadinya kiamat dan waktu kematian, maka setiap manusia akan menyibukan hari-harinya dengan sholat, berdzikir, bersedekah dan meninggalkan urusan dunia.
Tidak akan ada manusia yang membangun dan memakmurkan dunia. Padahal salah satu tugas manusia di muka bumi adalah untuk membangun dan memakmurkan bumi sebagai khalifah Allah SWT.
Sebab itu Allah SWT merahasiakan waktu terjadinya kiamat dan kematian agar manusia tetap mengingat-ingat akan pastinya datang ajal dan kiamat namun pada saat yang bersamaan manusia bersemangat untuk menyiapkan dan menambah bekal menghadapi kematian dengan memperbanyak amal saleh termasuk memakmurkan bumi.
Karena itu, Kiai Arifin mengatakan Islam mengajarkan agar pemeluknya dapat menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Seorang Muslim harus dapat memakmurkan dunia seperti dengan bekerja dan berkarya yang tujuannya mencapai kebaikan hidup di akhirat. Maka menurut Kiai Arifin, hamba yang dicintai Allah SWT adalah yang dapat menyeimbangkan dunia dan akhirat.
Lebih lajut kiai Arifin mengatakan para mufasir memberi penegasan tentang kata tasa'a pada ayat 15 surat Taha.
إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَىٰ “Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”
Menurutnya kata tersebut memiliki makna sebuah upaya yang dilakukan dengan segera. Maka manusia ketika berbuat amal kebaikan di dunia seperti ibadah atau kegiatan sosial maka harus dilakukan dengan segera.
Namun demikian amal yang dikerjakan tidak juga dilakukan terburu-buru. Sebab di antara ajaran Islam adalah agar seorang muslim tidak menunda-nunda ketika telah memiliki niatan untuk berbuat baik. Maka seorang Muslim harus segera melaksanakan niat baik tersebut.
"Hari kiamat itu diajarkan semua agama samawi. Semua nabi dan rasul diutus punya misi yang sama salah satunya memberi kabar tentang adanya kiamat. Makanya tak ada agama samawi yang tak mengakui kiamat," katanya.