Jumat 06 May 2022 13:38 WIB

LPEM UI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 4,85 Persen

Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 diprediksi akan kembali ke level pra-pandemi.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Pengunjung beraktivitas di pusat perbelanjaan (ilustrasi). Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI Teuku Riefky memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,85 persen year on year pada kuartal I 2022.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung beraktivitas di pusat perbelanjaan (ilustrasi). Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI Teuku Riefky memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,85 persen year on year pada kuartal I 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI Teuku Riefky memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,85 persen year on year pada kuartal I 2022.

"Pertumbuhan PDB di kuartal I 2022 diestimasi berkisar 4,85 persen, atau sekitar 4,75 persen hingga 4,95 persen year on year," kata Riefky dalam Laporan Indonesia Economic Outlook pada Jumat (6/5/2022).

Baca Juga

Dari sisi permintaan, daya beli masyarakat yang pada 2021 tertahan oleh penyebaran Covid-19 telah mulai meningkat seiring kenaikan mobilitas masyarakat dan aktivitas produksi. Namun demikian, di sisi lain, pemulihan ekonomi Indonesia menghadapi berbagai tantangan, salah satunya konflik antara Rusia dan Ukraina yang meningkatkan harga komoditas terutama harga pangan dan energi global.

Sebagai produsen utama batu bara dan CPO, kenaikan harga komoditas membuat Indonesia dapat menikmati surplus perdagangan sebesar 9,33 miliar dolar AS di kuartal I 2022. Namun di sisi lain, indeks harga produsen tercatat telah tumbuh 8,77 persen year on year atau melampaui indeks harga konsumen yang tumbuh 2,64 persen yoy pada Maret 2022, yang mengindikasikan terdapat inflasi yang belum diteruskan oleh produsen.

"Peningkatan harga energi juga memberikan tekanan pada sisi fiskal. Estimasi kami mengindikasikan kenaikan harga energi akan meningkatkan belanja subsidi dari Rp 207 triliun ke Rp 314,4 triliun di 2022," kata Riefky.

Peningkatan harga energi juga akan menurunkan ruang fiskal dari sekitar 15 persen ke 11,9 persen sehingga reformasi skema subsidi energi, dari subsidi produk ke subsidi untuk penduduk yang ditarget, sangat dibutuhkan. Hal ini agar defisit APBN 2022 dapat kembali ke bawah 3 persen dari PDB di 2023.

Ia menambahkan tekanan inflasi yang meningkat selama 2022 juga membutuhkan koordinasi yang lebih solid antara Bank Indonesia dan Kemenkeu untuk menjaga ekspektasi inflasi agar tidak mengarah ke inflasi yang terlalu tinggi. "Terlepas dari berbagai tantangan, kami masih berpandangan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2022 akan kembali ke level pra-pandemi di kisaran 5,0 persen year on year," kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement