REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Ancaman Israel untuk membunuh pemimpin Hamas baik di dalam atau pun luar negeri telah memicu reaksi tajam dari sayap militer organisasi dan faksi Palestina lainnya. Di Palestina, Israel disebut-sebut telah berencana untuk membunuh Kepala biro politik Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.
Ancaman ini meningkat terutama setelah Yahya Sinwar dalam pidatonya baru-baru ini pada Ramadhan terhadap Israel.
Dilansir dari Arab News, Senin (9/5/2022), Menteri Komunikasi Israel Yoaz Hendel mengatakan bahwa pembebasan Sinwar dari penjara selama kesepakatan Gilad Shalit adalah sebuah kesalahan.
Anggota Knesset dari Partai Likud, Avi Dichter, mengatakan Sinwar tidak boleh mencapai usia tua, mengacu pada dukungannya terhadap kemungkinan pembunuhannya.
“Kami melihat langkah-langkah kami dan kami akan membuat keputusan kami, dan kami melakukannya hanya di ruang tertutup,” kata Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz.
Juru bicara Brigade Al Qassam, Abu Obeida, Sabtu (7/5/2022) menanggapi rencana Israel. Dia memperingatkan Israel terhadap niatnya untuk membunuh Sinwar
“Ancaman penjajah Israel yang pengecut terhadap kemungkinan pembunuhan Yahya Sinwar atau pemimpin perlawanan mana pun merupakan indikasi gempa bumi di kawasan itu dan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Abu Obeida
Dia menambahkan: "Kami akan membawa babak bencana baru dalam sejarah rezim Zionis."
Menyusul pernyataan Al-Qassam, pejabat keamanan Israel melaporkan bahwa tentara mereka telah merekomendasikan agar pemimpin politik negara itu tidak membunuh pemimpin Hamas saat ini.
Surat kabar Palestina Al-Quds juga mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan: “Israel telah mengirim pesan ke faksi-faksi Palestina melalui perantara, bahwa mereka tidak akan melakukan operasi pembunuhan dan tidak memiliki niat untuk eskalasi di Gaza.”
“Pembunuhan Sinwar memiliki satu arti langsung: Sebuah konfrontasi bersenjata,” Alex Fishman, seorang analis militer untuk surat kabar Israel Yedioth Ahronoth.
Sejak 2008, Jalur Gaza telah menyaksikan empat perang, yang terakhir terjadi pada Mei tahun lalu dan berlangsung selama 11 hari.
Sinwar mengatakan dalam pidato publik terakhirnya: “Kita harus bersiap untuk maju, mendobrak perbatasan, dan mengubah kenyataan pahit di mana bangsa kita hidup, Gaza, dengan rakyatnya, perlawanan dan elitnya, akan menjadi penjamin nyata dari proyek nasional. Kami tidak akan ragu untuk menggunakan pedang dengan sekuat tenaga, dan kami akan membela rakyat kami.”
Sumber Palestina mengatakan kepada Arab News bahwa telah ada kontak terus menerus dengan Mesirc hampir setiap hari sejak Maret lalu untuk mencegah eskalasi di Jalur Gaza
Sumber, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan: “Ada upaya terus menerus oleh orang Mesir untuk mencegah eskalasi, dan upaya ini telah berhasil pada beberapa kesempatan selama periode terakhir sejauh ini. Mereka menyampaikan pesan antara faksi-faksi Palestina dan pemerintah Israel dengan dukungan Amerika Serikat.”
Mustafa Ibrahim, seorang ahli Palestina untuk urusan Israel, menjelaskan bahwa hasutan di Israel dipimpin oleh sebagian besar wartawan Israel.
“Pembicaraannya adalah tentang kemungkinan meluncurkan operasi militer terhadap Gaza, bukan hanya pembunuhan, yang akan menjadi keputusan politik jika itu terjadi. Saya tidak berpikir bahwa meluncurkan operasi militer skala besar di Gaza saat ini layak dilakukan, tetapi tujuannya adalah untuk menilai kembali kebijakan pembunuhan, dan jika itu terjadi, tidak ada yang tahu ke mana arahnya,” katanya kepada Arab News.
Sumber: arabnews