Kamis 12 May 2022 10:28 WIB

Saham Bank dan Konsumsi Anjlok, IHSG Kembali Turun Hingga 1,4 Persen

Empat saham bank besar terkoreksi tajam sementara konsumsi diwarnai ambil untung

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta.  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli penurunannya pada perdagangan hari ini, Kamis (12/5). Setelah terkoreksi tiga hari beruntun, IHSG kembali terpangkas hingga di atas 1 persen dan terjun ke level 6.695. Empat saham bank besar terkoreksi tajam sementara konsumsi diwarnai ambil untung
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli penurunannya pada perdagangan hari ini, Kamis (12/5). Setelah terkoreksi tiga hari beruntun, IHSG kembali terpangkas hingga di atas 1 persen dan terjun ke level 6.695. Empat saham bank besar terkoreksi tajam sementara konsumsi diwarnai ambil untung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli penurunannya pada perdagangan hari ini, Kamis (12/5/2022). Setelah terkoreksi tiga hari beruntun, IHSG kembali terpangkas hingga di atas 1 persen dan terjun ke level 6.695. 

Penurunan saham sektor konsumsi dan bank memengaruhi pergerakan IHSG pada awal perdagangan ini. Saham UNVR diwarnai aksi ambil untung dan membuatnya kehilangan 280 poin atau menyusut 5,74 persen. Sebelumnya, UNVR telah menguat signifikan selama empat hari terakhir. 

Baca Juga

Selain itu, empat saham bank besar juga terkoreksi tajam pada pagi ini. BBNI memimpin penurunan dengan koreksi sebesar 3,70 persen, lalu disusul BBCA yang terpangkas 2,29 persen, BBRI melemah 1,78 persen dan BMRI turun 1,25 persen. 

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan berpoteni melemah sepanjang hari ini. Indeks saham di Asia pagi ini dibuka melemah setelah indeks saham utama di Wall Street semalam berakhir turun tajam.

NASDAQ anjlok lebih dari 3 persen dan DJIA memperpanjang rangkaian penurunan menjadi lima hari beruntun. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 8 bps menjadi 2,91 persen.

Menurut riset Phillip Sekurutas Indonesia, potensi kenaikan suku bunga AS akibat tingginya inflasi masih menjadi sentimen negatif bagi pasar saham.

"Data terkini memberi sinyal inflasi di AS akan tetap tinggi untuk beberapa waktu ke depan sehingga memperbesar kekhawatiran bank sentral AS (Federal Reserve) kembali mengambil langkah-langkah pengetatan kebijakan moneter yang dapat mendorong ekonomi AS jatuh ke dalam jurang resesi," tulis Phillip Sekuritas Indonesia melalui risetnya, Kamis (12/5). 

Data inflasi bulan April memberi sedikit gambaran mengenai seberapa jauh Federal Reserve harus melangkah dalam menaikkan suku bunga acuan dan memperketat kebijakan moneter untuk membawa inflasi kembali turun ke target 2 persen.

Ketidakpastian mengenai langkah yang akan di ambil Federal Reserve dan apakah langkah-langkah itu akan sukses menekan inflasi dan mencegah ekonomi AS memasuki resesi akan menjadi sumber volatilitas di pasar saham global.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah lompat setelah anjlok hampir 10 persen pada dua hari sebelumnya. Kenaikan ini di dorong kekhawatiran atas pasokan minyak setelah volume aliran gas alam asal Rusia ke Eropa turun tajam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement