Kamis 12 May 2022 17:05 WIB

DLH: Sampah Rumah Tangga di Tanjungpinang Meningkat Sejak Puasa

Sampah rumah tangga meningkat dari 90 ton jadi 110 ton saat puasa hingga awal Lebaran

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Warga membakar sampah rumah tangga (ilustrasi). Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mengungkapkan sampah rumah tangga di wilayah itu meningkat sejak puasa hingga Idul Fitri 1443 Hijriah.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Warga membakar sampah rumah tangga (ilustrasi). Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mengungkapkan sampah rumah tangga di wilayah itu meningkat sejak puasa hingga Idul Fitri 1443 Hijriah.

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mengungkapkan sampah rumah tangga di wilayah itu meningkat sejak puasa hingga Idul Fitri 1443 Hijriah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tanjungpinang Riono, di Tanjungpinang, Kamis (12/5/2022), mengatakan, sampah yang diproduksi rumah tangga, baik organik maupun nonorganik, meningkat dari 90 ton per bulan menjadi sekitar 110 ton selama puasa hingga awal Lebaran. "Sampah dari rumah tangga meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat," ujar mantan Sekda Kota Tanjungpinang itu.

Baca Juga

Riono mengemukakan, sampah rumah tangga tidak hanya dibuang di tempat pembuangan akhir yang resmi, melainkan juga cukup banyak ditemukan di tepi jalan. Padahal Tanjungpinang memiliki 37 kontainer sampah, delapan bak sampah permanen dan sembilan bak sampah komunal.

Tumpukan sampah di tepi jalan, terutama di simpang jalan, dekat perumahan warga, tetap dibersihkan oleh petugas kebersihan setiap subuh hingga pagi hari. "Setiap hari pasti ada banyak titik tumpukan sampah di lokasi pembuangan sampah ilegal, walaupun sudah berulang kali ditegur," ujarnya.

Persoalan lain yang dihadapi sampai sekarang adalah sampah di pesisir Tanjungpinang. Jumlah petugas kebersihan yang memungut sampah di pesisir terbatas, sehingga tinggi tumpukan sampah bisa mencapai 3,5 meter.

Beberapa petugas setiap hari menjaring sampah yang tergenang di air laut, tapi saat air laut surut, mereka akan kesulitan mengangkut sampah dalam waktu cepat. Menurut Riono, sampah di pesisir Tanjungpinang berasal dari kegiatan usaha dan sampah yang diproduksi rumah tangga.

"Kami sudah ingatkan berulang kali agar warga membuang sampah di tempat yang tersedia. Laut bukan tong sampah. Laut harus dijaga agar ekosistem di laut tidak tercemar," ucap Riono.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement