Ahad 22 May 2022 19:05 WIB

Israel Laporkan Kasus Pertama Cacar Monyet

Israel mengonfirmasi penemuan kasus cacar monyet pertama

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo.  Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022. Penyakit ini awalnya banyak ditemukan di Afrika.
Foto: CDC via AP
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo. Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022. Penyakit ini awalnya banyak ditemukan di Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel mengonfirmasi penemuan kasus cacar monyet pertama di negaranya pada Sabtu (21/5/2022). Pasien yang teridentifikasi dilaporkan baru saja melakukan perjalanan ke Eropa Barat.

Dilaporkan laman Al Arabiya, seorang juru bicara rumah sakit Ichilov di Tel Aviv mengungkapkan, pasien yang mengalami gejala cacar monyet adalah pria berusia 30 tahun. Dia sudah menjalani tes dan positif terinfeksi virus cacar monyet.

Kementerian Kesehatan Israel telah menyampaikan bahwa pria tersebut terpapar saat berada di luar negeri. Saat ini pasien tersebut mengalami gejala ringan dan menjalani isolasi di rumah sakit Ichilov.

Gejala penyakit cacar monyet antara lain demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, dan ruam seperti cacar air di tangan serta wajah. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cacar monyet biasanya hilang setelah dua hingga empat pekan.

Baca juga : Waspada, Penderita Cacar Monyet Masih Bisa Menular Hingga Empat Pekan

Selama beberapa pekan terakhir, kasus cacar monyet ditemukan di sejumlah negara Eropa dan Amerika, antara lain Inggris, Prancis, Jerman, Belgia, Italia, Portugal, Spanyol, Swedia, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Hal itu telah memicu kekhawatiran bahwa penyakit atau virus pemicu cacar monyet telah menyebar.

WHO memprediksi akan ada lebih banyak kasus cacar monyet muncul di negara-negara yang biasanya tak menemukan penyakit tersebut. Sejauh ini, sudah terdapat 92 kasus terkonfirmasi dan 28 kasus dugaan cacar monyet di 12 negara anggota WHO yang tidak endemik virus terkait.

"Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang melakukan kontak fisik dekat dengan kasus-kasus yang menunjukkan gejala,” kata WHO dalam sebuah pernyataan, Ahad (22/5/2022).

Epidemiolog WHO David Heymann mengungkapkan, penemuan puluhan kasus cacar monyet di sejumlah negara yang tidak endemik virus tersebut merupakan hal tak biasa. Kendati demikian, dia yakin, cacar monyet tidak akan berubah menjadi pandemi berikutnya.

“Ini tidak akan menjadi pandemi seperti yang kita ketahui pandemi, tapi tentu saja mungkin penyakit ini telah menyebar di berbagai belahan dunia dan kami baru mulai mengidentifikasinya,” kata Heymann kepada PA News Agency.

Baca juga : Cara Lindungi Diri Terhindar dari Cacar Monyet

Dia pun yakin, cacar monyet tidak menular lewat udara. “Jadi ini bukan infeksi pernapasan seperti SARS-Cov-2 (penyebab Covid-19). Jadi tidak akan menyebar dengan cara yang sama,” ucapnya.

Mantan asisten direktur jenderal WHO untuk keamanan kesehatan dan lingkungan itu menjelaskan, cacar monyet menular melalui kontak dekat.

“Jika terjadi kontak dekat, kontak fisik, ada kemungkinan virus menyebar dari lesi pada satu orang ke orang lain dan bisa masuk melalui luka di kulit atau melalui selaput lendir. Virus ini tidak menular dengan mudah. Ini adalah penyakit yang cukup langka yang sekarang menjadi lebih umum,” kata Heymann.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement