REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N Rosalin mengatakan, berdasarkan data, rata-rata lama sekolah bagi perempuan hanya delapan tahun lebih. Akibatnya, masih banyak perempuan yang hanya lulus sekolah dasar.
"Rata-rata lama sekolah, itu kalau perempuan, itu hanya pegang ijazah SD karena dia hanya delapan tahun sekian," kata Lenny dalam acara Indonesia Women in Cyber Security (IWCS) Annual Summit 2022, yang diikuti di Jakarta, Senin (23/5/2022).
Dia menambahkan, angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki yang rata-rata bersekolah 9 tahun atau lulus SMP. "Kalau laki-laki dia sudah pegang ijazah SMP karena dia sudah 9 tahun lebih sedikit, jadi artinya sudah lulus SMP, sementara yang perempuan masih lulus SD," katanya.
Karena itu, pihaknya meminta agar kegiatan sosialisasi tentang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang menyasar perempuan harus menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. "Dalam melakukan sosialisasi dan lain halnya yang diperlukan, tentunya kita perlu menggunakan dengan bahasa yang sangat sederhana, yang mudah dipahami karena memang masih banyak yang secara pendidikan masih jauh tertinggal," katanya.
Lenny juga menjelaskan data tentang indeks literasi digital yang diukur dari empat pilar yaitu digital culture, digital ethics, digital skills dan digital safety menunjukkan perempuan masih jauh di bawah laki-laki. "Indeks komposit literasi digital yang diukur dari empat pilar, culture, ethics, skills, dan safety, ternyata di semua pilar kita perempuan juga masih jauh di bawah laki-laki," katanya.
Dia mengatakan hal tersebut terjadi karena masih adanya kesenjangan gender dalam transformasi digital terkait dengan penggunaan telepon dan internet seluler, kecerdasan buatan, big data dan media sosial.