REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat musim panas tiba dan cuaca memanas, banyak dari Anda memilih menghabiskan waktu liburan di kolam renang. Namun Anda perlu memahami bahwa kolam renang bisa menyembunyikan potensi bahayanya sendiri.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) baru saja merilis laporan baru pada 20 Mei 2022. Mereka mencatat wabah bakteri baru-baru ini dari kolam renang komunitas.
Menurut laporan itu, Departemen Kesehatan Pennsylvania (PADOH) menerima banyak keluhan penyakit gastrointestinal pada 7 Juni 2021, dari pelanggan yang telah mengunjungi dan berenang di kolam komunitas pada 31 Mei tahun itu. Badan tersebut mengidentifikasi 15 kasus infeksi E coli di antara anak-anak usia empat hingga 14 tahun, dengan sembilan kasus dikonfirmasi dan enam kemungkinan kasus.
"Ini adalah patogen yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang cukup signifikan di segala usia, tetapi terutama pada anak-anak," Molly Nace, seorang peneliti epidemiologi di Departemen Kesehatan Pennsylvania di Greensburg, seperti dilansir dari laman Best Life Online, Selasa (31/5/2022).
"Beberapa anak yang dites positif E coli juga dites positif C difficile," kata dia.
Menurut Nace, semua anak yang terinfeksi, jatuh sakit setelah menelan air kolam yang terkontaminasi. Dia mengatakan, bakteri seperti E coli dan C difficile biasanya masuk ke air kolam karena seseorang berenang saat mengalami diare. "Orang yang mengalami diare harus menjauhkan diri dari berenang," saran CDC dalam laporannya.
Badan tersebut juga melaporkan anak-anak yang terinfeksi mulai mengalami gejala dua hingga empat hari setelah terpapar bakteri. Gejala infeksi E coli dapat berupa kram perut yang parah, diare, muntah, dan demam. Beberapa infeksi bahkan bisa parah dan mengancam jiwa. Dalam kasus kolam Pennsylvania, 13 pasien mencari evaluasi medis dan enam dirawat di rumah sakit.
Laporan CDC mengatakan, temuan awal menunjukkan ada hubungan yang tidak biasa antara berada di kolam renang yang diklorinasi dan infeksi yang disebabkan oleh dua bakteri yang biasanya dibunuh oleh klorin. Tapi setelah ditinjau lebih lanjut, badan tersebut mengatakan pemeriksaan kolam mengungkapkan kerusakan klorinator otomatis, yang memungkinkan bakteri berkembang.
"Penyimpanan catatan tidak konsisten dengan persyaratan lokal dan beberapa catatan yang tersedia menunjukkan setidaknya satu contoh klorin tidak terdeteksi," jelas CDC.
Kolam renang dibuka kembali setelah perbaikan klorinator, setelah itu tidak ada kasus tambahan yang diidentifikasi. Menurut para ahli di San Diego Pools, klorin membersihkan dan membunuh bakteri, mengoksidasi untuk membantu kualitas dan kejernihan air secara keseluruhan, membunuh ganggang dan mencegahnya tumbuh atau berkembang, dan menstabilkan air kolam. Tanpa itu, kolam bisa berisi segala macam bahaya yang tak terlihat.
"Secara statistik, kolam tanpa klorin lebih cenderung membuat Anda sakit karena kemungkinan terkena hal-hal yang tidak terkandung atau terbunuh oleh klorin. Ingat, kulit Anda keropos sehingga kotoran mikroskopis bisa lewat," ujar San Diego Pools di situsnya.
Kolam tanpa klorin mirip dengan genangan besar air keruh. Karena pertumbuhan ganggang yang tidak terkendali, kolam tidak akan terlalu menarik secara visual. Sejujurnya, Anda bisa berenang di kolam tanpa klorin dan mungkin baik-baik saja, tetapi risiko kesehatan dan keselamatan akan jauh lebih besar.