REPUBLIKA.CO.ID., STOCKHOLM -- Swedia akan melanjutkan negosiasi dengan Turki mengenai pengajuan keanggotaan negara itu di NATO, kata Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson pada Selasa (31/5/2022).
"Saya akan mengatakan ini adalah dialog yang sedang berlangsung," kata Andersson kepada kantor berita resmi Swedia TT.
Ditanya apakah dia akan mengunjungi ibu kota Turki, Ankara, untuk mengadakan pertemuan dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengenai masalah ini, Andersson mengatakan, "Kami akan melakukan apa yang benar dalam prosesnya."
Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada 18 Mei, sebuah keputusan yang didorong oleh perang Rusia di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari.
Tetapi Turki, anggota lama NATO, telah menyuarakan keberatan atas tawaran keanggotaan mereka, mengkritik negara-negara tersebut karena menoleransi dan bahkan mendukung kelompok teroris seperti YPG/PKK dan FETO. Aksesi tersebut membutuhkan persetujuan dengan suara bulat dari semua 30 negara anggota NATO.
Pekan lalu, Turki menjadi tuan rumah mengenai konsultasi dengan delegasi Swedia dan Finlandia soal pencalonan mereka di NATO. Erdogan mengatakan pertemuan itu tidak “pada tingkat yang diinginkan.”
Dalam lebih dari 35 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK – yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan UE – bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang. FETO dan pemimpinnya yang berbasis di AS Fetullah Gulen mengatur kudeta yang gagal pada 15 Juli 2016 di Turki, di mana 251 orang tewas dan 2.734 terluka.
Ankara menuduh FETO berada di belakang kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi ke lembaga-lembaga Turki, khususnya militer, polisi, dan peradilan