REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan negara-negara NATO belum mengambil keputusan soal bantuan ke Ukraina di masa depan. Namun sepakat untuk melanjutkan perencanaan mengenai masalah tersebut.
"Hari ini kami tidak mengambil keputusan final apapun mengenai format yang akan kami tetapkan, tapi kami sepakat untuk memulai perencanaan," kata Stoltenberg usai pertemuan menteri-menteri luar negeri NATO, Rabu (3/4/2024).
Para menteri luar negeri NATO membahas bagaimana melanjutkan bantuan militer jangka-panjang ke Ukraina. Termasuk, proposal pendanaan sebesar 100 miliar uero selama lima tahun dan rencana yang dianggap "anti Trump."
Pada Januari lalu mantan presiden Amerika Serikat (AS) melontarkan pernyataan yang membuat komitmennya pada sekutu NATO dipertanyakan. Terutama, bila ia terpilih kembali dalam pemilihan presiden November mendatang.
Para menteri mengatakan dana dukungan lima tahun sebesar 100 miliar uero tidak akan mudah untuk dikumpulkan. Ukraina mengatakan akan menerima dana tersebut, namun harus berupa dana segar.
"Kami perlu mengubah dinamika dukungan kami, kami harus memastikan bantuan keamanan yang dapat diandalkan dan dapat diprediksi untuk Ukraina untuk jangka panjang, kurangi tawaran jangka pendek dan lebih banyak pada janji multi-tahun," katanya.
Proposal Stoltenberg juga akan memberi aliansi Barat peran yang lebih langsung dalam mengkoordinasikan pasokan senjata, amunisi, dan peralatan ke Ukraina untuk melawan invasi Rusia. Di bawah rencana tersebut, NATO akan mengambil alih beberapa pekerjaan koordinasi dari koalisi ad-hoc yang dipimpin AS yang dikenal sebagai kelompok Ramstein.
Langkah yang menurut para diplomat dirancang untuk melindungi bantuan ke Ukraina bila dukungan AS berkurang jika Trump kembali ke Gedung Putih. Stoltenberg mengatakan tujuannya adalah agar keputusan dapat diambil pada pertemuan puncak para pemimpin negara anggota NATO di bulan Juli. Keputusan-keputusan NATO membutuhkan konsensus 32 negara anggotanya.
Hingga saat ini, NATO sebagai sebuah organisasi fokus memberikan bantuan tidak mematikan untuk Ukraina karena kekhawatiran peran yang lebih langsung dapat memicu eskalasi ketegangan dengan Rusia. Negara anggota NATO memberikan bantuan senjata ke Ukraina tapi dalam kerangka kerja sama bilateral.