REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan 10 Zulhijjah 1443 Hijriyah atau Hari Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022. Pakar Falak Muhammadiyah Oman Fathurrahman mengatakan, penetapan tersebut dilakukan berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.
Dia melanjutkan, penetapan itu disampaikan melalui maklumat tentang penetapan hasil hisab bulan Zulhijjah 1443 H. Di dalam maklumat juga terdapat hasil hisab Ramadhan dan Syawal 1443 H. "Hisabnya hisab hakiki, dan kriterianya menggunakan wujudul hilal," tuturnya kepada Republika.co.id, Kamis (2/6/2022).
Hisab hakiki merujuk pada gerak faktual bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan qomariah didasarkan pada kedudukan atau perjalanan bulan benda langit tersebut. Hisab hakiki digunakan karena perhitungan terhadap peredaran bulan dan matahari harus benar dan tepat, berdasarkan kondisi bulan dan matahari saat itu.
Oman menyampaikan, Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal. Artinya, matahari terbenam lebih dahulu daripada bulan meski hanya berjarak satu menit atau kurang. Dengan hisab hakiki kriteria wujudul hilal ini, bulan qomariah baru dimulai jika pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat secara kumulatif.
Pertama, telah terjadi ijtimak. Ijtimak yang dimaksud adalah konjungsi di mana Bumi, Matahari dan Bulan ada di posisi bujur langit yang sama dengan pengamatan dari Bumi. Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam.
Ketiga, pada saat matahari terbenam, bulan masih di atas ufuk. Bila salah satu dari tiga tidak terpenuhi, maka bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari dan bulan baru dimulai lusa.
"Pada Rabu legi, 29 Zulkaidah 1443 H bertepatan dengan 29 Juni 2022, ijtimak jelang Zulhijjah 1443 H terjadi pada pukul 09.55.07 WIB. Hilal sudah wujud, dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk," kata Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah itu.