Sabtu 04 Jun 2022 01:32 WIB

Gletser yang Mencair Ungkap Fosil Kadal Ikan Kuno yang Hidup 250 Juta Tahun Lalu

Kadal Ichthyosaurus hidup 250 hingga 90 juta tahun yang lalu,

Rep: MGROL136/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gletser yang mencair akibat pemanasan global memunculkan artefak yang mencakup Zaman Batu hingga sisa-sisa masa perang. KIni, Gletser Tyndall yang terkikis di Chili telah menemukan sesuatu yang jauh lebih tua, yaitu kuburan Ichthyosaurus kuno.

Ichthyosaurus atau "kadal ikan" adalah reptil laut purba yang tampak seperti lumba-lumba modern. Hewan ini hidup antara 250 hingga 90 juta tahun yang lalu. Mereka berenang di perairan sekitar periode yang sama ketika dinosaurus berkeliaran di darat dan pterosaurus terbang di langit.

Baca Juga

Organisme tidak lagi hidup, tetapi fosil mereka membantu para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang spesies dan bagaimana ia berevolusi.

Di batuan dasar dekat Gletser Tyndall di Lapangan Es Patagonia Selatan, ahli paleontologi telah menemukan 76 ichthyosaurus sejauh ini. 

Beberapa fosil ditemukan selama bulan Maret dan April 2022. Fosil berusia 129-139 juta tahun itu ditemukan oleh Judith Pardo-Pérez dari Universitas Magallanes pada 2009. 

Ahli paleontologi pasti akan melewatkan beberapa penemuan ini hanya beberapa dekade yang lalu. 

Bagian dari tepi gletser telah surut sebanyak 2 kilometer dalam beberapa dekade terakhir. Ketika Pardo-Pérez pertama kali memulai pencarian di area tersebut pada tahun 2004, para ahli menghitung bahwa deposit fosil berukuran sekitar 5 kilometer persegi. 

Situs ini telah berkembang menjadi sekitar 15 kilometer persegi, atau hampir semua wilayah batuan terbuka yang ditunjukkan dalam pandangan ini. Tepi es surut, lanskap berubah dan ekspedisi berhasil menemukan lebih banyak fosil. 

Menurut para ilmuwan, beberapa ichthyosaurus mati karena sebab alami. Yang lainnya diperkirakan mati akibat arus kekeruhan, yang merupakan aliran air yang deras dan menuruni lereng. 

"Ichthyosaurus mungkin telah ditangkap oleh arus kekeruhan dan didorong ke jurang, tenggelam, bingung, dan terkubur hampir seketika di lingkungan yang mencegah dekomposisi bakteri dan membiarkan kerangka mereka diartikulasikan," kata Pardo-Pérez.

Disisi lain, hilangnya es menyebabkan masalah baru, dimana  fosil rentan terhadap rekahan yang disebabkan oleh siklus beku-cair, serta erosi yang disebabkan oleh angin dan air. 

Perusahaan Hutan Nasional Chili (CONAF) melindungi situs tersebut. Temuan fosil ini dilindungi oleh hukum Chili, yang melarang ekstraksi atau penggalian tanpa izin. 

Manajer CONAF Gonzalo Cisternas mencatat, "Situs ini adalah lingkungan yang rapuh, terletak di daerah periglasial di dalam Taman Nasional Torres del Paine." Lokasinya tertutup untuk pariwisata dan rekreasi, dan hanya ilmuwan yang berwenang yang boleh masuk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement