Sabtu 04 Jun 2022 04:20 WIB

Punya Firasat Buruk Soal Ekonomi, Elon Musk Mau Pangkas Proyek Tesla-Setop Rekrut Karyawan

Elon Musk juga memerintahkan penghentian perekrutan karyawan di seluruh dunia.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
CEO Tesla, Elon Musk. Dalam surelnya kepada pimpinan Tesla, Musk mengungkapkan firasat buruknya soal ekonomi mendatang. Musk ingin agar Tesla memangkas 10 persen pengerjaan proyeknya.
Foto: Ding Ting/Xinhua via AP
CEO Tesla, Elon Musk. Dalam surelnya kepada pimpinan Tesla, Musk mengungkapkan firasat buruknya soal ekonomi mendatang. Musk ingin agar Tesla memangkas 10 persen pengerjaan proyeknya.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO — CEO Tesla (TSLA.O) Elon Musk memiliki firasat buruk tentang kondisi ekonomi. Dia merasa perlu memangkas sekitar 10 persen pekerjaan di perusahaan pembuat mobil listrik tersebut.

Musk mengumumkan penghentian perekrutan tenaga kerja di seluruh dunia. Pengumuman itu muncul dua hari setelah miliarder tersebut mengatakan kepada staf untuk kembali ke tempat kerja atau berhenti saja.

Baca Juga

Menurut pengajuan laporan keuangan (SEC) tahunannya, hampir 100 ribu orang dipekerjakan di Tesla dan anak perusahaannya pada akhir 2021. Saham Tesla turun hampir lima persen dalam perdagangan prapasar AS pada Jumat (3/6/20).

Sahamnya yang terdaftar di Frankfurt turun 3,6 persen setelah laporan Reuters. Nasdaq berjangka AS berubah negatif dan diperdagangkan satu persen lebih rendah.

Musk telah memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir tentang risiko resesi. E-mail-nya yang memerintahkan pembekuan perekrutan dan pemotongan staf adalah pesan paling langsung dan paling terkenal dari kepala pembuat mobil itu.

Sejauh ini, permintaan untuk mobil Tesla dan kendaraan listrik (EV) lainnya tetap kuat meskipun banyak indikator tradisional penurunan, termasuk peningkatan inventaris dealer dan insentif di Amerika Serikat belum terwujud. Namun, Tesla telah berjuang untuk memulai kembali produksi di pabriknya di Shanghai setelah karantina wilayah Covid-19.

"Selalu lebih baik untuk memperkenalkan langkah-langkah penghematan di saat-saat yang baik daripada di saat-saat buruk. Saya melihat pernyataan itu sebagai peringatan dan tindakan pencegahan," kata analis NordLB yang berbasis di Hanover, Frank Schwope.

Schwope mengatakan banyak pembuat mobil mencapai rekor keuntungan pada 2021, tetapi situasi ekonomi sekarang lebih tidak pasti. Pandangan muram Musk menggemakan komentar dari para eksekutif, termasuk CEO JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon dan Presiden Goldman Sachs John Waldron.

Inflasi di Amerika Serikat berada pada level tertinggi 40 tahun dan menyebabkan lonjakan biaya hidup bagi orang Amerika. Sementara itu, Federal Reserve menghadapi tugas sulit meredam permintaan untuk mengekang inflasi sementara agar tidak menyebabkan resesi.

Musk, orang terkaya di dunia menurut Forbes, tidak merinci penjelasan di balik "firasat buruk" tentang prospek ekonomi dalam surel singkatnya itu. Beberapa analis telah memangkas target harga untuk Tesla belum lama ini, yang memperkirakan kehilangan output di pabriknya di Shanghai, pusat yang memasok EV ke China dan untuk ekspor.

China menyumbang lebih dari sepertiga dari pengiriman global Tesla pada 2021. Daiwa Capital Markets memperkirakan Tesla memiliki sekitar 32 ribu pesanan yang menunggu pengiriman di China, dibandingkan dengan 600 ribu kendaraan untuk BYD, saingan EV yang lebih besar di pasar itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement