Senin 06 Jun 2022 21:37 WIB

Menkes Formalkan Pembentukan Dana Persiapan Pandemi Global

Harapannya dana persiapan pandemi global bisa terwujud September tahun ini.

Red: Indira Rezkisari
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pentingnya pembentukan dana cadangan pandemi.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pentingnya pembentukan dana cadangan pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Kementerian Kesehatan merencanakan untuk memformalkan pembentukan dana persiapan pandemi dalam rangka membangun ketahanan sistem kesehatan global. Dana tersebut nantinya akan di bawah Bank Dunia.

"Jadi kalau ada pandemi lagi ke depannya harus ada cadangan dananya," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers di sela agenda Health Working Group di Lombok, NTB, Senin (6/6/2022). Sebagai pemimpin dalam pertemuan Health Working Group itu, ia mengemukakan, akan berfokus pada tiga hal utama dalam membangun ketahanan sistem kesehatan global, yakni mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.

Baca Juga

Begitu dana tersebut sudah terbentuk, kata dia, harus mencari cara bagaimana dana itu bisa digunakan untuk mengakses obat-obatan, vaksin, dan alat tes pandemi. Fokus kedua, yakni mobilisasi sumber daya kesehatan esensial untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.

"Harus dibangun struktur dan mekanisme untuk memobilisasi sumber daya secara cepat dan adil sehingga tindakan medis darurat dapat diakses oleh semua negara saat krisis kesehatan terjadi, baik saat ini maupun jika terjadi ancaman kesehatan lain di masa mendatang," katanya.

Usulan itu, lanjut dia, telah didukung sepenuhnya oleh negara-negara seperti Italia, China, Argentina, Korea, dan Uni Eropa. Negara seperti Amerika Serikat, India, Prancis, dan Afrika Selatan juga mendukung dengan sejumlah rekomendasi seperti mekanisme pembiayaan yang lebih detail dan penekanan pada pentingnya keadilan akses pada tindakan medis esensial.

Menkes Budi Gunadi Sadikin juga menyampaikan Access to Covid-19 Tools (ACT) Accelerator yang diluncurkan pada April 2020 oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan para partner, menjadi wadah kolaborasi global yang inovatif. "Perlu mengonsolidasikan dan memastikan model saat ini dapat diubah menjadi pendekatan yang lebih permanen, global, dan inklusif," tuturnya.

Fokus ketiga, yakni optimalisasi pengawasan genomik dan penguatan mekanisme berbagi data terpercaya untuk memberikan insentif bagi kesehatan masyarakat global yang kuat. Dia mengatakan dengan menggunakan platform berbagi data universal (model GISAID+) memungkinkan semua negara G20 untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dan data, tidak hanya untuk pandemi saat ini, tetapi juga pada patogen global lainnya yang memiliki potensi pandemi di masa depan.

Dia mengatakan seluruh negara anggota juga mendukung usulan ini dengan beberapa rekomendasi dan klarifikasi agar tidak terjadi duplikasi pada upaya global. Selain itu, perlu lebih detail dalam hal aksesibilitas, keuntungan, dan dampak bagi negara-negara. Ia mengharapkan, dapat memperoleh persetujuan oleh seluruh negara anggota G20 untuk mengakui penggunaan GISAID sebagai platform universal.

"Kita mau memastikan ada persetujuan agar semua laboratorium di dunia bisa berbagi data patogen kalau ada pandemi berikutnya," kata dia.

Dengan demikian, lanjut dia, kalau ada pandemi berikutnya di negara lain sudah ada mekanisme untuk melaporkan data genom sequence dari patogen yang diberikan dari negara tersebut. Genome itu bisa berupa virus, bakteri, parasite.

Budi mengharapkan pembentukan dana persiapan pandemi rampung pada September tahun ini. "Dana untuk pandemi selanjutnya itu sudah terbentuk mudah-mudahan nanti September bisa formal, itu nanti ada di bawah Bank Dunia," ujar dia.

Terkait dengan penggunaan dan distribusi dana tersebut, ia merekomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pasalnya WHO yang lebih mengerti kondisi kesehatan secara global dan negara prioritas mana saja yang memerlukan pendanaan saat terjadi pandemi. "Kita di sini inginnya kalau bisa WHO yang lebih ke depan karena WHO yang ngerti negara-negara mana yang harus diprioritaskan," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Menkes Budi juga mengusulkan untuk merangkul institusi-institusi dunia yang sebelumnya sudah sukses melakukan pendistribusian seperti vaksin. "Di pandemi sebelumnya banyak organisasi-organisasi dunia seperti di antaranya Global Fund, UNICEF, COVAX yang menguruskan distribusi vaksin ke seluruh dunia secara informal. Nah itu yang harus diformalkan," ucapnya.

Lanjut dia, ketika nanti ada pandemi organisasi-organisasi dunia itu sudah lebih paham mekanisme pendistribusiannya dan menentukan negara-negara yang akan diberikan lebih dulu. Ia menyampaikan dana persiapan pandemi yang terkumpul saat ini mencapai sekitar satu miliar dolar AS (sekitar Rp 14,5 triliun dengan kurs Rp 14.500).

"Indonesia telah menyumbang 50 juta dolar AS (sekitar Rp 725 miliar)," ucapnya. Ia menambahkan dana yang terkumpul ditargetkan mencapai sebanyak 15-20 miliar dolar AS. Pendistribusiannya bisa melalui jalur organisasi dunia seperti GAVI dan UNICEF.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement