Kamis 09 Jun 2022 00:53 WIB

Israel tak Terima Disebut PBB Jadi Penyebab Kekerasan di Palestina

Israel mengecam laporan penyelidik PBB dan menyebutnya sebagai fitnah

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Christiyaningsih
  Pengunjuk Palestina bentrok dengan pasukan pendudukan Israel di Hebron, Palestina. Israel mengecam laporan penyelidik PBB dan menyebutnya sebagai fitnah. Ilustrasi.
Pengunjuk Palestina bentrok dengan pasukan pendudukan Israel di Hebron, Palestina. Israel mengecam laporan penyelidik PBB dan menyebutnya sebagai fitnah. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB tentang Wilayah Pendudukan Palestina termasuk Yerusalem Timur dan Israel dalam laporan yang diterbitkan pada Selasa (7/6/2022) menyampaikan, berhentinya pendudukan Israel di tanah Palestina sangat penting untuk menyudahi kekerasan yang terus berlanjut.

Laporan itu menyebut pendudukan Israel yang terus-menerus terhadap wilayah Palestina dan diskriminasi terhadap rakyat Palestina adalah penyebab utama terjadinya kekerasan dan ketidakstabilan Israel-Palestina yang berulang di kawasan tersebut. Pendudukan Israel juga merupakan akar penyebab ketegangan, ketidakstabilan, dan konflik yang berulang di wilayah pendudukan Palestina termasuk di Yerusalem Timur dan Israel.

Baca Juga

Komisi penyelidik tersebut menekankan, pendudukan Israel ini tidak mungkin berakhir tanpa intervensi internasional. "Temuan dan rekomendasi yang relevan dengan akar penyebab yang mendasarinya sangat mengarah ke Israel. Kami mengambilnya sebagai indikator sifat asimetris konflik dan realitas satu negara menduduki yang lain," kata Ketua Komisi Penyelidikan PBB, Navanethem Pillay, dilansir laman United Press International, Rabu (8/6/2022).

Sebuah tim penyelidik tingkat tinggi ditunjuk pada tahun lalu oleh Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelidiki semua akar penyebab yang mendasari terjadinya konflik selama beberapa dekade, yang kemudian mengarah ke Israel sebagai akarnya. Laporan setebal 18 halaman itu terutama berfokus pada evaluasi garis panjang investigasi, laporan, dan keputusan PBB di masa lalu tentang situasi tersebut. Termasuk bagaimana dan jika temuan itu diimplementasikan.

Laporan tersebut juga mengungkapka, ada bukti yang menunjukkan Israel tidak punya keinginan untuk menghentikan pendudukannya. Bahkan, diskriminasi terhadap rakyat Palestina juga terus dilanggengkan.

"Kurangnya implementasi ini ditambah dengan rasa impunitas adalah bukti jelas bahwa Israel tidak memiliki niat untuk mengakhiri pendudukan dan diskriminasi yang terus-menerus terhadap warga Palestina yang terletak di tempat jantung berulangnya pelanggaran sistematis di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur dan Israel," demikian pernyataan penyelidik dalam laporannya.

Israel telah menduduki Tepi Barat dan Gaza sejak 1967 serta berusaha untuk memastikan kontrol penuh atas wilayah Palestina dan bertindak untuk mengubah demografi dengan menciptakan lingkungan yang represif terhadap Palestina tetapi menguntungkan bagi Israel. Impunitas juga meningkatkan kebencian di antara orang-orang Palestina.

Selain itu, terjadinya pemindahan paksa, ancaman pemindahan paksa, pembongkaran, pembangunan dan perluasan permukiman tidak lepas dari tindakan kekerasan pemukim Israel dan blokade Gaza. Sebab, ini menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kekerasan yang terus-menerus.

Israel mengecam laporan penyelidik PBB tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk pemborosan uang. "Laporan setebal 18 halaman mereka semata-mata memfitnah Israel sambil mengabaikan terorisme dan kekerasan Palestina yang menargetkan orang Israel," kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam cuitan di akun Twitternya.

"Laporan itu tidak membahas kebutuhan keamanan Israel atau teror Palestina. Jadi, apa yang ditinggalkan oleh laporan berbahaya dan diskriminatif ini kepada kita? Lebih banyak kebencian, kekerasan, & antisemitisme global, denominasi Israel dan reword untuk terorisme," imbuhnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement