REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi dari perusahaan konsultan dan analitik data yang berbasis di Inggris, GlobalData menemukan lebih dari 10 persen akun aktif Twitter memposting konten spam. Laporan tersebut muncul setelah CEO Tesla Elon Musk mengancam akan membatalkan kesepakatan dengan Twitter jika perusahaan tidak memberikan informasi detail terkait akun bot dan spam.
Sebelumnya, pengacara Musk mengirim surat ke Twitter yang menyebut perusahaan melanggar kesepakatan karena menolak memberikan informasi tentang klaim akun bot dan spam.
Menurut GlobalData, perkiraan spam 10 persen adalah konservatif tetapi perusahaan mengakui tidak ada cara konklusif untuk mengetahui apakah akun tertentu adalah bot dan spam. Menurut ilmuwan data senior GlobalData Sidharth Kumar, perbedaan antara estimasi sub-5 persen internal Twitter dan estimasi 10 persen model GlobalData kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kriteria mengenai spam.
“Proporsi yang tepat dari akun spam sulit dihitung karena hampir tidak mungkin untuk mengonfirmasi identitas entitas di balik tweet,” kata Kumar. Dia menyebut definisi akun spam mungkin berbeda bagi setiap orang.
Cuitan konten non-original yang terus-menerus dapat dianggap sebagai spam, tetapi beberapa orang mungkin memilih untuk melihatnya sebagai pengguna yang sangat aktif berbagi artikel atau pendapat. Untuk penelitian ini, GlobalData menganalisis sekitar empat juta tweet terbaru dari sampel 20.976 akun Twitter untuk melihat pola.
Dikutip Variety, Kamis (9/6/2022), mereka menyimpulkan 10,9 persen dari akun tersebut mewakili akun spam. Model perusahaan menggunakan banyak faktor untuk menentukan apakah akun tertentu adalah spam, termasuk apakah tweetnya berasal dari aplikasi pihak ketiga, apakah akun Twitter Terverifikasi, jumlah tweet per hari, proporsi retweet, waktu rata-rata antara dua tweet, panjang deskripsi bio akun, dan proporsi tautan yang dibagikan.
Menurut Wall Street, langkah Musk untuk melakukan pengujian akun bot dan spam sebagai tindakan melarikan diri dari kesepakatan. Twitter telah mengungkapkan perkiraannya akun bot dan spam mewakili kurang dari lima persen pengguna aktifnya selama bertahun-tahun.