REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang bisa berpartisipasi dalam mengurangi sampah dalam kesehariannya dengan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Sebelumnya, individu perlu bertanya kepada diri sendiri mengenai tujuan yang ingin dicapai, menurut pegiat gaya hidup ramah lingkungan Astri Puji Lestari.
"Kita perlu tahu tujuan akhirnya untuk apa," kata Astri dalam webinar "Bicara Ekonomi Sirkular: Pentingnya Data dan Traceability Sampah Plastik", Kamis (9/6/2022).
Semua bisa dimulai dari hal yang sederhana, seperti membawa botol minuman sendiri demi mengurangi sampah botol plastik, membawa tas belanja, dan membawa sedotan sendiri. Masyarakat juga dapat merencanakan menu mingguan sehingga bisa menyiapkan wadah untuk berbelanja bahan yang diperlukan.
Perjalanan mengurangi sampah ini berlaku seumur hidup. Astri mengingatkan untuk tetap fleksibel ketika rencana mengurangi sampah terkendala satu dan lain hal.
"Kalau sesekali gagal, enggak apa-apa," ujarnya mengingatkan untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri.
Agar perjalanan mengurangi sampah menjadi lebih mulus, orang-orang di sekitar juga sebaiknya menjalani gaya hidup yang sama. Dengan dukungan dari orang-orang terdekat, hidup minim sampah bisa lebih mudah diterapkan.
Menurut Astri, ketika berkomitmen untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, dia menjadi lebih kritis terhadap diri sendiri. Sebelum membeli sesuatu, dia akan mempertimbangkan masak-masak apakah benda yang menarik perhatiannya merupakan keinginan atau kebutuhan.
"Saya merasa punya medium untuk terhadap kebutuhan diri sendiri," katanya.
Menerapkan gaya hidup ramah lingkungan tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada daerah yang sudah punya sarana mumpuni sehingga lebih mudah dalam mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah, tapi ada juga daerah yang sarananya masih terbatas.
"Tantangannya bagaimana buat sistem yang cocok untuk diri sendiri, selain juga dari godaan malas, belum dapat dukungan dari support system dan faktor lainnya," kata dia.