REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ribuan orang berunjuk rasa di National Mall dan di seluruh Amerika Serikat (AS) untuk mendorong aturan baru dalam pengendalian senjata, Sabtu (11/6/2022). Tuntutan lebih besar ini muncul setelah penembakan massal baru-baru ini di Uvalde, Texas, ke Buffalo, New York.
"Cukup sudah cukup," kata Wali Kota Distrik Columbia Muriel Bowser dalam unjuk rasa kedua March for Our Lives di kotanya.
"Saya berbicara sebagai wali kota, seorang ibu, dan saya berbicara untuk jutaan orang Amerika dan wali kota Amerika yang menuntut agar Kongres melakukan tugasnya. Dan tugasnya adalah melindungi kami, melindungi anak-anak kami dari kekerasan senjata," katanya.
Pembicara demi pembicara di Washington meminta para senator untuk bertindak atau menghadapi pemecatan dari jabatannya. Para Senator dipandang sebagai penghalang utama dalam melahirkan Undang-Undang baru dalam membatasi pengendalian senjata di AS.
"Jika pemerintah kita tidak dapat melakukan apa pun untuk menghentikan 19 anak dibunuh dan dibantai di sekolah mereka sendiri, dan dipenggal kepalanya, inilah saatnya untuk mengubah siapa yang ada di pemerintahan," kata salah satu pendiri organisasi March For Our Lives David Hogg yang juga merupakan penyintas penembakan 2018 yang menewaskan 17 siswa dan staf di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida.
Penyintas dan salah satu pendiri kelompok Parkland lainnya X Gonzalez menyampaikan permohonan yang berapi-api kepada Kongres untuk perubahan. "Kami sedang dibunuh," teriak mereka dan memohon Kongres untuk berbuat sesuatu.
"Kali ini berbeda karena ini bukan tentang politik. Ini tentang moralitas. Bukan kanan dan kiri, tapi benar dan salah, dan itu tidak hanya berarti pikiran dan doa. Itu berarti keberanian dan tindakan," ujar cucu dari Martin Luther King Jr Yolanda King.
Ratusan orang berkumpul di sebuah amfiteater di Parkland, tempat Debra Hixon, yang suaminya direktur atletik sekolah menengah Chris Hixon meninggal dalam penembakan itu, mengatakan terlalu mudah bagi para pemuda untuk masuk ke toko dan membeli senjata. "Pulang ke rumah dengan tempat tidur kosong dan kursi kosong di meja adalah pengingat terus-menerus bahwa dia pergi,” kata Hixon yang sekarang menjabat sebagai anggota dewan sekolah.
"Kami belum selesai membuat kenangan, berbagi mimpi dan menjalani hidup bersama. Kekerasan senjata merenggut itu dari keluarga saya," katanya.
Sedangkan di San Antonio sekitar 85 mil sebelah timur Uvalde, para pengunjuk rasa meneriakkan "Hei, hei, ho, ho, NRA harus pergi." Seorang pria yang mengatakan yang membantu mengatur rapat umum Frank Rui menyerukan UU reformasi senjata. Desakan ini merujuk pada aturan diberlakukan di Florida setelah penembakan Parkland yang berfokus pada peningkatan usia untuk membeli senjata api tertentu dan menandai mereka yang memiliki masalah kesehatan mental.
Wali Kota New York City Eric Adams yang berkampanye untuk mengekang kekerasan di kota terbesar di negara itu bergabung dengan Jaksa Agung negara bagian Letitia James yang menggugat National Rifle Association dalam memimpin aktivis di seberang Jembatan Brooklyn. "Tidak ada yang terjadi di negara ini sampai orang-orang muda berdiri - bukan politisi," kata James.
Bergabung dengan seruan untuk perubahan adalah ratusan orang yang berkumpul di sebuah taman di luar gedung pengadilan di Portland, Maine, sebelum mereka berbaris melalui Pelabuhan Lama dan berkumpul di luar Balai Kota. Pada satu titik, mereka meneriakkan, “Hei, hei, hei, NRA. Berapa banyak anak yang kamu bunuh hari ini.”
Ratusan pengunjuk rasa di Milwaukee berbaris dari gedung pengadilan ke Deer District, di mana bulan lalu 21 orang terluka dalam penembakan pada malam pertandingan playoff NBA. Penyelenggara Tatiana Washington, yang bibinya terbunuh oleh kekerasan senjata pada 2017, mengatakan pawai tahun ini sangat penting bagi penduduk Milwaukee.
“Banyak dari kita masih sangat memikirkan tentang penembakan massal yang terjadi setelah pertandingan Bucks. Kami tidak perlu takut untuk menonton tim kami di babak playoff dan hidup dalam ketakutan bahwa kami akan ditembak," kata Washington.
States House of Representatives AS telah meloloskan UU untuk menaikkan batas usia untuk membeli senjata semi-otomatis dan menetapkan UU "bendera merah" federal. Sekelompok senator bipartisan berharap untuk mencapai kesepakatan minggu ini tentang kerangka kerja untuk mengatasi masalah tersebut dan mengadakan pembicaraan pada Jumat (10/6/2022), tetapi tidak ada kesepakatan yang diumumkan.
Presiden AS Joe Biden yang berada di California ketika demonstrasi Washington dimulai mengatakan, pesannya kepada para demonstran adalah terus berjuang. Dia sedikit optimis tentang negosiasi legislatif untuk mengatasi kekerasan senjata. Biden baru-baru ini menyampaikan pidato yang berapi-api kepada warga AS dan menyerukan beberapa langkah, termasuk menaikkan batas usia untuk membeli senjata serbu.
Penyelenggara berharap reli kedua March for Our Lives akan menarik sebanyak 50.000 orang ke Washington Monument, meskipun kerumunan tampaknya mendekati 30.000. Acara 2018 menarik lebih dari 200.000 orang, tetapi fokus kali ini adalah pada pawai yang lebih kecil di sekitar 300 lokasi.
Gerakan yang dipimpin pemuda yang diciptakan setelah penembakan Parkland berhasil menekan pemerintah negara bagian Florida yang didominasi Partai Republik untuk memberlakukan perubahan pengawasan senjata. Kelompok itu tidak bisa meloloskan aturan itu di tingkat nasional, tetapi telah bertahan dalam mengadvokasi pembatasan senjata sejak saat itu, serta berpartisipasi dalam upaya pendaftaran pemilih.
Orang-orang yang selamat dari penembakan massal dan insiden kekerasan senjata lainnya telah melobi legislator dan bersaksi di Capitol Hill minggu ini. Di antara mereka adalah Miah Cerrillo, gadis berusia 11 tahun yang selamat dari penembakan di Robb Elementary. Dia menjelaskan kepada anggota parlemen cara dia menutupi dirinya dengan darah teman sekelas yang sudah mati untuk menghindari ditembak.