Senin 13 Jun 2022 19:13 WIB

Elon Musk Sebut Tesla Alami Kesulitan Produksi

Tantangan produksi di China membuat kinerja Tesla berat.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Kendaraan Tesla berjajar di perakitan dalam gigafactory Tesla di Shanghai, China, Selasa (7/1).
Foto: Ding Ting/Xinhua via AP
Kendaraan Tesla berjajar di perakitan dalam gigafactory Tesla di Shanghai, China, Selasa (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) Tesla telah mengalami kuartal yang sangat sulit karena masalah rantai pasokan. Kabar itu diungkapkan langsung oleh CEO Elon Musk melalui email yang bocor.

Menurut laporan Electrek, Musk mengirim email selama akhir pekan. “Kami sebenarnya membangun produk hebat yang banyak disukai dan membuat hidup masyarakat serta dunia menjadi lebih baik. Apa pun yang terjadi di dunia yang kacau ini, ketahuilah apa yang Anda lakukan adalah kebaikan. Saya jauh lebih menghormati dan mengagumi Anda daripada orang terkaya di Wall St,” kata Musk.

Baca Juga

Dalam bagian selanjutnya, dia menyatakan perusahaan sedang mengalami kuartal yang sangat sulit karena rantai pasokan dan tantangan produksi di China. “Kami harus berjuang untuk bangkit,” ujarnya.

Dikutip Independent, Senin (13/6/2022), masalah Tesla di China berasal dari Gigafactory Shanghai yang ditutup selama lebih dari sepekan karena pembatasan untuk mengendalikan pandemi virus Covid-19. Tesla telah mengisolasi ribuan pekerja di bekas pabrik dan kamp militer di China agar mereka tetap bekerja.

Pekerja dikarantina antara dua hingga tiga hari untuk memenuhi persyaratan pemerintah sebelum mereka dapat berinteraksi dengan karyawan eksternal. Perkemahan dilengkapi dengan toilet dan pancuran. Pekerja juga mendapat fasilitas akomodasi dengan bus antar jemput.

Namun, kesejahteraan mereka dilaporkan buruk. Karyawan yang bekerja di shift pertama dikabarkan tidur di lantai pabrik dan harus bekerja selama 12 jam selama enam hari sepekan untuk mempercepat produksi. Mereka juga telah terpisah dari keluarga dan dunia luar.

Di saat yang sama, Musk telah berusaha meningkatkan output pekerja dengan memberi tahu semua karyawan bahwa mereka berisiko dipecat jika tidak kembali ke kantor dan berhenti bekerja dari jarak jauh. “Siapa pun yang ingin melakukan pekerjaan jarak jauh harus berada di kantor minimal 40 jam per pekan atau meninggalkan Tesla,” ucap dia.

Sikap Tesla bertentangan dengan perusahaan seperti Apple dan Google yang telah mengadopsi kerja hybrid. Kabar itu muncul ketika Badan Keselamatan Jalan Raya AS (NHTSA) mengumumkan mereka meningkatkan penyelidikan ke dalam serangkaian kecelakaan yang melibatkan kendaraan listrik Tesla.

Saat ini, mereka menyelidiki 830 ribu mobil Tesla. Badan tersebut mengatakan telah memiliki 16 laporan kecelakaan yang menyebabkan satu kematian dan tujuh cedera.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement