REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nyeri punggung adalah penyakit umum, memengaruhi sekitar satu dari empat orang dewasa. Namun, hingga 90 persen orang diperkirakan akan merasakan tingkat nyeri pada tahap tertentu dalam hidup mereka.
Nyeri punggung adalah beban umum yang biasanya disebabkan oleh postur tubuh yang buruk atau ketegangan ligamen. Kabar baiknya, sejumlah tindakan kesehatan dapat membantu mencegah komplikasi.
Gluten, makanan manis, dan berlemak telah diidentifikasi sebagai tiga makanan penyebab umum di balik kondisi tersebut. Pada 2018, The Lancet mengungkapkan bahwa masalah pada punggung merupakan salah satu penyebab utama kecacatan di seluruh dunia.
Terlebih lagi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan prevalensi kondisi ini akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Ada sejumlah faktor yang diketahui berkontribusi terhadap perkembangan nyeri punggung, tetapi salah satu yang paling diabaikan adalah diet.
Pada 2020, jurnal Medical Hypotheses mengungkap dampak buruk gluten terhadap nyeri punggung. Studi tersebut beranjak dari pemahaman bahwa sensitivitas gluten terkait dengan nyeri punggung bawah kronis dan diet bebas gluten memiliki manfaat terapeutik pada penderita.
Studi tersebut berfokus secara khusus pada nyeri punggung bawah yang terkait dengan spondyloarthritis, kondisi yang saling terkait dengan kesehatan usus. Spondyloarthritis adalah sekelompok penyakit yang dipicu oleh peradangan pada tulang belakang dan persendian pada punggung lengan dan kaki.
Menurut temuan studi itu, kepatuhan terhadap diet bebas gluten bisa mengurangi nyeri punggung bawah sebesar 80 persen. Sebab, asupan gula sedikit saja bisa memicu sakit punggung yang memicu respons peradangan.
Gula juga dapat menyebabkan penambahan berat badan, meningkatkan beban berat, dan menyebabkan nyeri pada persendian punggung. Kelebihan berat badan sebenarnya adalah salah satu penyebab umum sakit punggung, terutama di punggung bawah.
Seorang peneliti di University of California, San Diego, AS dan rekan penulis kursus coach nutrisi bersertifikat NASM, Michelle Zive, mengatakan bahwa makanan dan minuman yang dikonsumsi memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan tubuh.
"Ini juga berlaku untuk hubungan antara apa yang dimakan dan diminum dengan peradangan dan rasa sakit," ujar dia dilansir dari Express, Selasa (14/6/2022).