REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Pemerintah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, memastikan harga tiket masuk ke seluruh objek wisata berbayar di daerah setempat masih menggunakan tarif lama dan tidak ada kenaikan. "Kami pastikan harga tiket masuk ke objek pariwisata di Bukittinggi masih dengan tarif yang lama, kajian terakhir kenaikannya masih pada 2019 lalu," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Pemuda dan Olahraga (Kadisparpora) Bukittinggi, Hendry, Selasa (14/6/2022).
Ia mengatakan, harga tiket masuk di Taman Marga Satwa Bukittinggi Kinantan (TMSBK) dan Taman Panorama Lobang Jepang belum dikaji untuk kenaikannya pada 2022. "Belum ada kajian untuk dinaikkan, itu tidak bisa dilakukan saat ini mengingat TMSBK selain sebagai sumber pendapatan daerah juga kami wajib menjaga konservasi flora dan fauna sekaligus edukasi sejarah," kata Hendry.
Ia menyebut harga tiket di TMSBK dan Benteng Fort De Kock masih dengan harga tiket untuk anak-anak Rp20.000, Dewasa Rp25.000 dan Turis Mancanegara Rp40.000. "Sementara untuk Objek Wisata Panorama Lobang Jepang masih dengan tarif untuk Anak Rp10.000, Dewasa Rp15.000 dan Turis Mancanegara Rp20.000," katanya.
Hendry mengatakan, kebijakan untuk menaikkan tarif retribusi harus membutuhkan kajian yang lama dan panjang dan tidak bisa dilakukan tanpa pertimbangan secara menyeluruh. "Tidak ada rencana untuk mengkajinya saat ini meskipun sama kita dengar ada beberapa destinasi wisata di berbagai daerah, termasuk saat liburan panjang sekolah ini, bukan berarti bisa dinaikkan begitu saja," katanya.
Sebaliknya, Hendry menegaskan adanya penambahan kualitas dari objek wisata khususnya TMSBK dan Benteng Fort De Kock tahun ini. "Penambahan satwa diupayakan seperti unggas dan reptil, saat ini kami perlu harga pembanding dari pihak ketiga, revitalisasi akan dibuat Benteng Menyala hingga malam bisa dikunjungi, langkahnya dengan membenahi lampu penerangan, pemaksimalan teater yang sudah dibangun dan rencananya tahun ini selesai," katanya.
Ia menambahkan, pengembangan objek wisata nantinya akan ditingkatkan dengan melibatkan masyarakat dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. "Khususnya pengembangan objek yang merupakan lahannya milik masyarakat dengan harapan masyarakat sebagai pelaku yang mempunyai peran penting dalam kepariwisataan di Kota Bukittinggi," kata Hendry.