Senin 20 Jun 2022 18:34 WIB

BMKG: Cuaca Ekstrem dan Gempa di Pantai Amurang Minahasa tidak Benar

Bencana di Pantai Amurang Minahasa disebabkan faktor lain.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan tidak benar opini adanya cuaca ekstrem maupun gempa bumi yang menyebabkan bencana Pantai Amurang Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan tidak benar opini adanya cuaca ekstrem maupun gempa bumi yang menyebabkan bencana Pantai Amurang Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan tidak benar opini adanya cuaca ekstrem maupun gempa bumi yang menyebabkan bencana Pantai Amurang Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Berdasarkan Analisis Tim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disebutkan bahwa penyebab bencana tersebut adalah faktor lain.

"Bencana yang terjadi di Pantai Amurang itu bukan karena cuaca ekstrem, iklim ekstrem, atau aktivitas kegempaan. Namun, disebabkan oleh faktor yang lain," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin (20/6/2022).

Baca Juga

Adapun Bencana Minahasa Selatan terkait jembatan ambrol dan amblasnya sejumlah rumah di area Pantai Amurang akan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan berbagai pakar dan kementerian atau lembaga terkait. Ia merinci, pada saat terjadinya bencana tersebut berlangsung pada 14 Juni, curah hujan tercatat pada angka 5 mm di UPTD Tumpaan dan 3 mm di Amurang Timur dalam Kategori Hujan Ringan yang diperkuat data citra radar cuaca dan satelit cuaca pukul 13.30-14.00 WITA.

Kemudian dari sisi kegempaan, tidak ada aktivitas gempa bumi di sekitar Pantai Amurang memicu terjadinya bencana ambrolnya jembatan dan amblasnya beberapa rumah. Sementara dari aspek tinggi gelombang tergolong kategori rendah yaitu berdasarkan Prakiraan tinggi Gelombang oleh BMKG tanggal 14 Juni 2022 sekitar 0,75 m.

Guswanto mengatakan, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lembaga lintas sektor dan pakar lintas disiplin terus mengkaji secara mendalam penyebab bencana di Pantai Amurang, Minahasa Selatan. "Kepala BNPB sudah menyampaikan akan meneliti lebih lanjut bersama para pakar untuk investigasi," kata dia.

Saat ini, di kawasan Pantai Amurang sedang dalam status tanggap darurat. Terdapat kekhawatiran masyarakat atas pergerakan tanah yang dapat membahayakan warga. Semasa tanggap darurat, kata Guswanto, BMKG berupaya memberi ketenangan bagi masyarakat dengan memasang sejumlah alat portabel, baik AWS Portabel dan Seismograf Portabel. Alat taktis tersebut berfungsi mengamati cuaca dan aktivitas seismik secara lokal.

"Baik AWS Portabel dan Seismograf Portabel digunakan untuk masa tanggap darurat, bersifat lokal untuk menenangkan masyarakat yang masih khawatir terkait pemantauan bila ada tanah bergerak," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement