REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr Faisal Yunus PhD SpPK mengatakan asma memang tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, penting bagi pasien asma untuk secara aktif mengelola penyakitnya agar terhindar dari risiko buruk dan dampak kerugian lainnya.
Terlebih, sebagian besar pasien asma saat ini belum patuh pada tatalaksana yang dianjurkan dokter. Kondisi itu dapat memperparah peradangan ketika asma kambuh.
"Tujuan dari pengelolaan asma adalah agar pasien dapat mengontrol risiko serangan asma dan tentunya hidup dengan lebih produktif," kata dr Faisal dalam rilis pers, Senin (20/6/2022).
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pencegahan dapat dilakukan dengan mengenali dan menghindari faktor pemicu kekambuhan asma. Selain itu, pasien asma juga dapat melakukan pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara teratur.
Upaya pengobatan dan terapi kontrol asma dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien asma. Asma dengan intensitas kekambuhan ringan, sedang, dan berat direkomendasikan pemberian terapi kontrol kortikosteroid inhalasi secara rutin dengan dosis yang disesuaikan, tidak cukup dengan obat pelega saja.
Dr Faisal juga menjelaskan, kortikosteroid inhalasi tersebut bekerja sebagai antiinflamasi yang memberikan perlindungan pada penyempitan saluran pernapasan. Pemberiannya dapat mengurangi risiko serangan akut, tentunya jika rutin digunakan.
Asma merupakan peradangan kronis akibat terjadinya penyempitan pada otot-otot saluran pernapasan yang dapat menimbulkan mengi, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala ini dapat muncul secara episodik dan tidak dapat disembuhkan, melainkan hanya dapat dikontrol.