Kamis 23 Jun 2022 05:48 WIB

Erick Bangun Komitmen untuk Membawa Indonesia Jadi Negara Maju

Erick mulai memutus mata rantai ketiadaan komitmen jangka panjang Indonesia.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ilham Tirta
Menteri BUMN Erick Thohir.
Foto: Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu penghambat Indonesia tidak bisa menjadi negara maju adalah minimnya komitmen jangka panjang dalam banyak hal. Karena itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir sudah mengambil langkah dalam memutus mata rantai ketiadaan komitmen jangka panjang itu dalam sejumlah bidang.

Hal itu ditegaskan Erick dalam diskusinya dengan para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Selasa (21/6/2022). "Kalau bicara aerospace lebih tertinggal lagi kita, karena memang sudah cikal bakal yang dilahirkan Pak Habibie itu luar biasa. Tetapi problemnya sama, kita sebagai bangsa tak punya komitmen jangka panjang," kata Erick.

Baca Juga

Salah satu komitmen jangka panjang yang sudah dibangun Erick Thohir adalah di industri pertahanan. Ia sudah nenandatangani perjanjian kerja sama dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. "Supaya industri pertahanan kita ini jangan punya roadmap per tahun, harus roadmap 10 tahun, supaya industrinya bisa diturunkan," kata Erick.

Langkah konkret lain dilakukan Erick di industri digital. Potensi ekonomi digital Indonesia, kata Erick, terbilang sangat besar. Namun jika tak dimanfaatkan secara baik dan maksimal, Indonesia hanya akan menjadi pasar tujuan.

Sektor logistik juga masih tertinggal jauh yang dicerminkan oleh biaya logistik yang masih terlalu mahal di Indonesia. "Kita hari ini baru bicara memperbaiki biaya logistik kita yang termahal di dunia, dengan 23 persen dibandingkan negara-negara lain (sebesar) 12 persen (dari total biaya)," ungkapnya.

Dikatakannya, pembangunan infrastruktur besar-besaran oleh BUMN infrastruktur selama ini bertujuan menekan biaya logistik yang mahal itu. Diharapkan dengan semakin bagus infrastruktur, maka biaya logistik bisa semakin murah. Walaupun, sejumlah pihak masih tetap nyinyir dengan pembangunan infrastruktur yang luar biasa ini.

"Dengan membangun jalan tol, airport, pelabuhan, itu pun di marah-marahin, katanya utang terus. Padahal Korea Selatan di tahun 60-an membangun infrastrukturnya pada saat Korea Selatan baru selesai perang. Itu 50 persen anggarannya buat infrastruktur. Jadilah Korea hari ini. Kita sudah terlalu lama juga tidak membangun infrastruktur kita. Jadi memang tadi yang namanya inovasi itu akan juga ke logistik," kata Erick.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement