REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah 48 yang sedianya digelar 1-5 Juli 2022 di Surakarta, Indonesia diuji pandemi Covid-19. Merespon musibah ini, Muhammadiyah mengerahkan seluruh fokus energi dan materinya mengatasi pandemi.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan, wujud lain keseriusan Muhammadiyah ditunjukkan dengan menunda Muktamar ke 18-20 November 2022. Sebab, banyak warga terdampak masalah sosial-ekonomi dan psikososial yang sangat berat.
Ia menyebut kondisi kehidupan akibat pandemi sebagai am alhazmi atau tahun duka. Muhammadiyah jadi organisasi keagamaan terdepan mengatasi pandemi. Meski dalam keterbatasan, Muhammadiyah sukses mempertahankan eksistensi dan agenda gerakan.
Bahkan, semakin maju. Misal, pendirian Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) dan Muhammadiyah Australia College (MAC). Maka, Haedar meminta warga Muhammadiyah tidak euforia berlebihan ketika Muktamar telah dekat dan pandemi teratasi.
Terlebih, mengingat pandemi Covid-19 memang belum 100 persen hilang. Haedar berpesan agar warga Muhammadiyah tetap menjaga sikap istiqamah, seksama dan menjadikan Muktamar ke-48 mendatang sebagai teladan bagi warga bangsa.
"Semoga seluruh warga Muhammadiyah istiqamah memberikan uswah hasanah menghadapi musibah dan menyikapi segala situasi kehidupan sesulit apapun dengan menebar optimis dan solusi positif," kata Haedar dalam Forum Tanwir V, Kamis (30/6/2022).
Ia mengajak warga, anggota dan pegiat persyarikatan tetap bersikap rasional dan spiritual penuh hikmah, optimistis, ikhtiar, sabar dan tawakal. Kaum beriman diajari menjaga jiwa dan merawat kehidupan sebagian bagian tujuan syariat Islam.
Dalam satu kesatuan menjaga agama, akal, harta dan keturunan. Ambillah pelajaran berharga (itibar) atas musibah serta bersikaplah tengahan (tasawuth) dan waspada atau seksama (wiqayah) yang melahirkan hikmah atas setiap musibah yang terjadi.
Saat musibah terjadi setiap muslim diajari bersabar, ikhtiar dan tawakal. Ketika musibah telah berlalu, wajar bila setiap orang bergembira. Bagi insan beriman, tetap berbingkai kesyukuran dan tidak mengarah euforia, suka cita berlebihan.
Haedar mengaku bersyukur, dengan segala usaha yang dilakukan Persyarikatan Muhammadiyah selama hampir tiga tahun ini mampu membuktikan keteladanannya. Baik dalam rangka menghadapi pandemi Covid-19 maupun masalah-masalah negeri.
Melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Centre (MCCC), Aisyiyah, angkatan muda, majelis dan lembaga, amal usaha dan seluruh komponen persyarikatan. Haedar bersyukur, keluarga besar Muhammadiyah telah menghadirkan kearifan hidup.
"Yang menebar empati, simpati, peduli dan berbagi sebagai aktualisasi sikap Islami berjiwa ihsan dan irfani mengikuti pesan luhur Nabi," ujar Haedar.