Ahad 03 Jul 2022 14:31 WIB

Di Wisuda ke-127, Rektor UNP Ungkap Tantangan Kaum Muda Terdidik Indonesia

Para wisudawan harus meningkatkan kewaspadaan dan ketahanan nasional.

Red: Agung Sasongko
Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar acara wisuda ke-127 di Aula Kampus tersebut di Kota Padang, Ahad (3/7/2022),
Foto: iatimewa
Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar acara wisuda ke-127 di Aula Kampus tersebut di Kota Padang, Ahad (3/7/2022),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar acara wisuda ke-127 di Aula Kampus tersebut di Kota Padang, Ahad (3/7/2022), dan mengundang Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) yang juga Doktor Ilmu Pertahanan dan Geopolitik, Hasto Kristiyanto.

Hasto sendiri akan menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul “Eksistensi Pemikiran Geopolitik Soekarno untuk Ketahanan Nasional”. Saat memasuki lokasi wisuda, rombongan Rektorat dan Hasto disambut dengan Tari Pasambahan. Di acara itu, juga turut hadir Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, dan Ketua DPD PDIP Sumatera Barat Alex Indra Lukman. Semua ikut disambut. 

Baca Juga

Mereka bergabung dengan ratusan wisudawan serta civitas akademika UNP yang dipimpin Rektor Prof.Ganefri,Ph.D. Ratusan wisudawan lain mengikuti secara daring mengingat protokol kesehatan yang harus dilaksanakan dalam prosesi acara.

Gubernur Mahyeldi mengapresiasi kehadiran Hasto di acara wisuda, dimana salah satunya adalah putrinya sendiri.

“Kehadiran Pak Hasto ini menghadirkan sebuah spirit,” kata Mahyeldi.

“Semoga dengan orasi ini akan mengembangkan pola pikir, kreativitas, inovasi, rasional dan obyektif khususnya bagi kita yang hadir di sini,” tambah Mahyeldi.

Mahyeldi juga menekankan kuatnya hubungan batin Bung Karno dengan Sumbar. Misalnya, orang di sekeliling Soekarno adalah berasal dari Minang, dari Hatta, Yamin, Sjahrir, hingga Hamka. 

Sementara Rektor Ganefri mengatakan generasi muda saat ini membutuhkan adaptasi dan transformasi seiring dengan perkembangan global, tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur bangsa yang dipegang teguh.

Ganefri melanjutkan, para wisudawan harus meningkatkan kewaspadaan dan ketahanan nasional. Sesuai dengan pandangan Bung Karno, Ganefri menjelaskan bahwa ketahanan suatu bangsa haruslah dipupuk dari tiga hal. Yaitu ketahanan politik, ketahanan ekonomi, dan ketahanan militer. Ketiga hal tersebut hendaklah diinternalisasi secara mendalam, terutama pada proses pendidikan, baik pada jenjang dasar hingga pendidikan tinggi.

Ganefri juga menekankan penyelarasan nilai-nilai Pancasila pada pendidikan akan mampu memberikan unsur penting ketahanan nasional, melalui warisan budaya dan kearifan lokal. Nilai moral nusantara yang luhur, akan menjadi jiwa bangsa dan pada akhirnya akan membentuk karakter, persatuan dan kesatuan.

“Tidak hanya hari ini, namun juga pada masa generasi muda mencicipi masa keemasannya. Penanaman budaya dan nilai-nilai Pancasila tersebut, diharapkan mampu meningkatkan kesadaran bangsa dan ketahanan nasional, sehingga mampu menjadi benteng pertahanan terhadap berbagai kemerosotan moral dan nilai yang menerpa bangsa kita,” tegas Ganefri.

Sementara Hasto Kristiyanto memaparkan teori geopolitik Soekarno dan temuannya berdasarkan hasil disertasinya di Universitas Pertahanan. Dia menekankan pemimpin nasional harus memiliki pemahaman terhadap geopolitik Indonesia, khususnya memiliki cara pandang outward looking. 

Hasto memaparkan bagaimana hal itu sudah pernah dibuktikan Proklamator dan Presiden Pertama Soekarno. Saat itu, atas perjuangan Bangsa Indonesia, bangsa-bangsa Asia-Afrika seperti Maroko, Tunisia, Sudan, Aljazair, merdeka karena campur tangan Indonesia. 

“Bahkan ketika Pakistan berjuang melawan Inggris, Indonesia mengirimkan angkatan perangnya. Atas upayanya tersebut, pada tahun 1965, Bung Karno mendapat gelar sebagai “Pendekar dan pahlawan kemerdekaan bangsa islam” melalui Konferensi Islam Asia Afrika,” urai Hasto.

Menurut Hasto, spirit kepemimpinan Indonesia sebagai bangsa besar di tengah dunia ditunjukkan oleh Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri. “Ketika mengutuk aksi sepihak Amerika Serikat terhadap Irak, dan menegaskan bahwa agar persoalan terorisme karena ketidakadilan masalah Palestina,” kata Hasto.

Kepemimpinan Indonesia di tengah dunia di masa Presiden Jokowi juga tampak dalam doktrin Indonesia Poros Maritim Dunia. “Yang menempatkan wilayah kelautan sebagai halaman depan dan merubah paradigma pembangunan menjadi Indonesia sentris,” imbuh Hasto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement