REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI - Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Provinsi Jawa Barat, Nety Prasetiani Heryawan, mengungkapkan sebanyak 15 ribu anak di Jabar mengalami gizi buruk. Angka itu diungkapkan Nety usai memberi penyuluhan kepada kader PKK Kabupaten Sukabumi, di Gedung Pendopo Sukabumi, Senin (28/3).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya anak di Jabar yang mengalami gizi buruk seperti faktor kemiskinan, daya beli yang rendah. Pendidikan orang tua yang rendah, pola asuh yang salah, asupan gizi yang memang tidak baik juga menjadi penyebab
"Itulah mengapa tingkat anak yang mengalami gizi buruk menjadi tinggi," ujarnya. Selain itu, menurut Nety pola pergeseran makan dan stratifikasi sosial yang berubah juga membuat anak bisa mengalami gizi buruk.
"Dari pantauan kami pola makan dan stratifikasi sosial yang berubah merupakan kesalahan dari pola asuh orang tua," ujarnya. "Bukan berarti diberi asupan makanan yang mahal seperti fast food kebutuhan gizi anak bisa terpenuhi," paparnya.
Selain gizi buruk, sebanyak 400 ribu lebih anak mengalami gizi kurang. Angka itu berarti sekitar 8,1 persen dari jumlah anak di Jabar. Kebanyakan kasus tersebut ditemukan di daerah yang rawan pangan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut PKK Jabar saat ini gencar memberikan bantuan kepada warga yang kurang mampu. Salah satu bantuan yakni memberikan makanan tambahan untuk memenuhi gizi tersebut.
"Kami pun saat ini terus memberdayakan anggota kami yang didaerah untuk memberikan sosialisasi dan bantuan kepada orang tuanya yang anaknya mengalami gizi buruk dan gizi kurang," tambah Nety, yang juga istri dari Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.
Daerah rawan pangan yang diberikan bantuan oleh pihaknya dengan intervensi ketahanan pangan saat ini sudah berjumlah sembilan kabupaten seperti, Bandung, Kerawang, Bogor, Garut, Kuningan, Bandung Barat, Bekasi, Ciamis dan Sukabumi.
.