REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Tidak adanya standardisasi membuat ukuran sepatu para pengrajin Cibaduyut tidak sama. Pengrajin sepatu umumnya membuat sendiri ukuran sepatu berbahan kayu. Padahal bahan ini mudah menyusut sehingga ukuran setiap sepatu tidak sama.
"Pengrajin mengira-ngira sendiri ukuran sepatu yang akan dibuat dengan sulas (cetakan) kayu," tutur salah seorang pengrajin sepatu Cibaduyut, Dadang Rianto, kepada Republika di Jalan Cibaduyut, Senin (24/10). Cetakan buatan sendiri ini menyebabkan ukuran sepatu hampir tidak sama di setiap pengrajin.
Maka untuk menciptakan standardisasi ukuran sepatu, pemerintah kota Bandung bekerja sama dengan program Corporate Social Responsibility Bank Jabar Banten (BJB) melaksanakan pelatihan bagi pengrajin. Pelatihan ini ditujukan kepada para pengrajin yang tergabung dalam Rereongan Pengrajin Alas Kaki Tas sareng Sajabina (Repalts).
Sekretaris Forum Repalts, Kurnia Solihat, mengatakan ada tiga hal yang akan diberikan pada para pengrajin di Cibaduyut, yaitu pembagian cetakan sepatu gratis untuk 53 pengrajin yang hadir, pembagian katalog, dan pelatihan manajemen.
Sebanyak dua model sepatu dibagikan pada masing-masing pengrajin. Setiap model memiliki enam ukuran. "Setiap pengrajin punya sekitar 25 model, tapi yang dibantu baru dua model," tutur Kurnia.
Katalog merupakan kumpulan koleksi sepatu dan tas milik pengrajin yang tergabung dalam Repalts. Sebanyak lima ribu katalog akan dicetak dan dibagikan kepada masyarakat, pengrajin dan mitra usaha.