REPUBLIKA.CO.ID, AMBON - Duta besar Belanda untuk Indonesia M.E. Tjeerd de Zwaan berkunjung di Ambon, Maluku dan meminta penjelasan tentang situasi keamanan di daerah ini dari Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.
"Kami ke sini (Ambon) untuk mengecek langsung kondisi keamanan, terutama soal kehidupan beragama di Maluku sehubungan sering terjadi pertikaian antarwarga sejak 11 September 2011," katanya, saat bersilaturahmi dengan MUI Maluku, Rabu (10/1).
Dubes Zwaan berharap jalinan keharmonisan antarumat beragama sebagai warisan leluhur dapat terus dipelihara agar berjalan baik seperti sebelum konflik sosial pada 1999, dimana Maluku selalu dijadikan teladan kerukunan dalam keberagaman.
"Maluku menjadi sasaran studi banding dan penelitian, bahkan warga asing menyaksikan berbagai acara ritual menunjukkan jalinan keharmonisan umat Islam dan Kristen sebagai aset budaya Indonesia hendaknya dilestarikan," katanya.
Dubes Zwaan juga meminta MUI Maluku mengajukan proposal pengembangan maupun pembinaan umat Islam di daerah ini kepada pemerintah "negeri kincir angin".
"Dengan kehadiran saya di Ambon, sebagai cerminan Maluku, maka masukan akan disampaikan kepada pemerintah Belanda untuk membantu pembinaan umat beragama di daerah ini sebagai komitmen kerja sama dengan Indonesia di bidang agama," ujarnya.
Dalam silaturahmi tersebut, Ketua MUI Maluku, Idrus Toekan menyatakan jalinan keharmonisan antarumat beragama di provinsi ini terbina baik, terlihat dari kehadiran para pimpinan agama lain yang terhimpun daam Lembaga Antarumat Beragama.
"Bisa disaksikan sendiri, di sini hadir pimpinan agama Kristen Protestan, Katholik, Hindu, dan Budha," katanya.
Idrus Toekan mengakui bahwa saat ini ada terjadi gesekan-gesekan kecil akibat ulah provokator yang tidak menginginkan Maluku aman dan memanfaatkan simbol-simbol agama untuk memancing emosi umat. Namun, katanya, masyarakat saat ini semakin menyadari adanya provokator yang ingin mengadu domba warga.
"Kami tidak pungkiri masih terjadi gesekan kecil, tapi syukurlah tidak meluas dan hanya dalam tenggat waktu singkat sudah bisa dikendalikan," tuturnya.
Dikatakan dia, MUI Maluku juga minta pemerintah Belanda untuk memberikan pencerahan kepada warganya yang berasal dari Maluku agar tidak tersulut informasi-informasi kurang bertanggung jawab mengenai daerah ini.
"Apalagi upaya provokasi yang mengarah ke disintegrasi bangsa. Di Maluku, hal itu sejak dini ditangkal melalui koordinasi pemerintah, aparat keamanan, tokoh agama dan tokoh masyarakat," kata Idrus Toekan.
Dubes Zwaan berkunjung ke Ambon dalam rangka menindaklanjuti pembicaraan dengan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu di Jakarta pada November 2011, sekaligus ingin mengetahui apa saja yang dibutuhkan dan akan disampaikan kepada pemerintah Belanda. Sebagai catatan, Ambon sebagai ibu kota provinsi Maluku menjalin kota bersaudara (Sister City) dengan Vlizingen, Belanda.