REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Starlink yang merupakan bagian dari perusahaan luar angkasa SpaceX milik Elon Musk, diizinkan menghadirkan layanan internet di kapal, kapal selam, hingga pesawat yang ada di Amerika Serikat. Starlink telah mengantongi restu dari Komisi Komunikasi Federal (FCC) AS.
Jaringan internet yang digunakan pada berbagai moda transportasi itu berasal dari satelit-satelit milik Starlink. Perusahaan itu merupakan penyedia layanan internet untuk daerah perdesaan serta para perusahaan otomotif.
"(FCC) Mengizinkan terminal kelas baru untuk sistem satelit SpaceX sehingga dapat memperluas jangkauan kemampuan broadband untuk memenuhi permintaan pengguna yang terus meningkat terutama bagi yang memerlukan konektivitas saat bepergian," kata FCC seperti dilansir dari Reuters, Senin (4/7/2022).
SpaceX sejak 2019 terus meluncurkan sekitar 2.700 satelit Starlink ke orbit rendah Bumi dan telah mengumpulkan ratusan ribu pelanggan. Dengan biaya berlangganan 110 dolar AS per bulan (Rp1,6 juta) untuk internet dan biaya awal pemasangan terminal secara mandiri sebesar 599 dolar AS (Rp8,9 juta).
Starlink dengan potensinya menghadirkan internet di medan-medan yang tak terjangkau kabel optik pun melebarkan upayanya untuk menggaet lebih banyak pasar. Termasuk dalam beberapa tahun terakhir merayu para maskapai penerbangan untuk menyediakan layanan internet.
Mereka juga mengajukan izin kepada regulator supaya jaringan internetnya bisa terpasang di kendaraan-kendaraan komersial yang sulit terjangkau sistem internet konvensional.
CEO SpaceX Elon Musk menyebutkan, Starlink diharapkan bisa menyediakan layanan internet untuk kendaraan-kendaraan umum berukuran besar seperti pesawat, kapal, truk besar, dan kapal. Dengan demikian Starlink bisa bersaing dengan kompetitor seperti OneWeb serta proyek Kuiper besutan Jeff Bezos.