REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan kini sudah memasuki angkatan ke-10. Ketua Tim Pengembang KKN Kebangsaan, Hasrullah, mengatakan, KKN tersebut diharapkan bisa memupuk nasionalisme dan kebangsaan para peserta yang mengikutinya. Ada sejumlah hal yang membedakan KKN Kebangsaan dengan KKN yang lainnya.
"Ini adalah KKN yang diharapkan bisa memupuk nasionalisme dan kebangsaan. Goal-nya itu adalah nasionalisme dan kebangsaan. Jadi disebut KKN Kebangsaan," ujar Hasrullah kepada Republika.co.id, Selasa (5/7/2022).
Dia menjelaskan, selama dua tahun pertama menjadi Ketua KKN di Universitas Hasanuddin, dia berkeliling Indonesia. Selama puluhan tahun, kata dia, belum ada KKN yang bisa menyatukan anak bangsa dari Sabang sampai Merakui dan dari Miangas hingga Pulau Rote. Karena itu dia menginisiasi KKN Kebangsaan tersebut.
"Belum ada universitas yang bisa menyatukan. Yang ada itu KKN tematik, sektoral, kemudian KKN-nya sifatnya reguler. Yang itu-itu saja," ungkap Hasrullah.
Dia menerangkan, ada dua materi yang diberikan dalam KKN Kebangsaan. Pertama, materi pembekalan yang dilakukan oleh para tokoh nasional. Umumnya, para tokoh nasional tersebut memberikan materi tentang nasionalisme dan kebangsaan dalam sesinya. Dia juga menyampaikan, dalam prosesnya pihaknya bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Kenapa kerja sama dengan TNI, karena untuk menciptakan sipil-militer sudah melakukan kohesivitas sejak awal. Kita berharap seperti itu," jelas dia.
Kedua adalah pemberian materi pembekalan khusus. Di mana dalam pemberian materi tersebut disesuaikan dengan tema KKN di mana KKN itu dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas tak jauh tentang pemberdayaan masyarakat, leadership, hingga peningkatan soft skill. Pihaknya mempersilakan pemilihan program KKN yang bisa membangun keterlibatan masyarakat, mahasiswa, pemda, dengan TNI.
"Misal program kerja kebersihan, kemudian ketahanan pangan, kemudian di beberapa daerah sebelumnya bicara tentang perbatasan," ungkap Hasrullah.