Selasa 05 Jul 2022 19:37 WIB

Guru yang Bisa Membaca Alquran Braille Minim

Untuk belajar Alquran Braille bisa membutuhkan waktu sampai bertahun- tahun.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Siswa penyandang disabilitas netra membaca Alquran braille saat Pesantren Kilat Ramadhan di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinsos Jabar, Jalan Jend H Amir Machmud, Kota Cimahi, Rabu (13/4/2022). Pesantren Ramadhan yang diikuti oleh sedikitnya 80 siswa penyandang disabilitas tersebut dalam rangka mengisi waktu luang di bulan Ramadhan dengan memperdalam ilmu agama dengan membaca Alquran, ibadah, dan hafalan doa. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Siswa penyandang disabilitas netra membaca Alquran braille saat Pesantren Kilat Ramadhan di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinsos Jabar, Jalan Jend H Amir Machmud, Kota Cimahi, Rabu (13/4/2022). Pesantren Ramadhan yang diikuti oleh sedikitnya 80 siswa penyandang disabilitas tersebut dalam rangka mengisi waktu luang di bulan Ramadhan dengan memperdalam ilmu agama dengan membaca Alquran, ibadah, dan hafalan doa. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen bertemu dengan perwakilan Yayasan Amanah Takaful, Jakarta, di ruang kerja Wagub Jawa Tengah, Selasa (5/7/2022).  

Menurut Taj Yasin, minimnya guru yang bisa membaca Alquran Braille, menjadikan transfer ilmu membaca Alquran kepada para penyandang difabel netra sulit dilakukan.

Baca Juga

Untuk itu, wagub ingin agar workshop atau pelatihan-pelatihan membaca Alquran Braille diperbanyak dan diintensifkan. Sebab, banyak yang menginginkan agar pengajar membaca Alquran Braille diperbanyak. “terus terang, kami juga banyak permintaan,” tegas Taj Yasin.

Untuk itu, wagub juga menyarankan agar Yayasan Amanah Takaful Jakarta bisa bekerja sama dengan organisasi Sahabat Mata, di Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

Menurutnya, Yayasan Sahabat Mata sudah memiliki lembaga pendidikan Alquran untuk para penyandang tuna netra dan beberapa siswanya bahkan ada yang berasal dari luar Jawa.

“Seperti dari Sulawesi, Kalimantan dan daerah lain di luar Jawa belajar Alquran Braille kepada Sahabat mata,” tegas wagub.

Sementara itu, relawan Yayasan Amanah Takaful, Elis Sutriyati menyampaikan, untuk belajar Alquran Braille bisa membutuhkan waktu sampai bertahun- tahun. “Sebab tahapan mengenal dasar- dasar Alquran Braille saja, prosesnya juga tidak mudah,” jelasnya kepada wagub.

kendati begitu, ia juga sepakat dengan pemikiran agar kegiatan –semacam-- workshop membaca Alquran Braille terus diperbanyak. Hal ini menjadi penting dalam upaya membumikan Alquran di kalangan penyandang tuna netra. “Apalagi, selama ini metode mengajarkan Alquran cenderung dengan drill, atau menyajikan materi dengan melatih ingatan,” tambahnya.

Yayasan Amanah Takaful, kata Elis, dalam waktu dekat bakal melaksanakan kegiatan workshop membaca Alquran Braille di beberapa daerah di Jawa Tengah. Pada workshop yang diselenggarakan pada 30 - 31 Juli 2022 nanti akan dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara.

Ia juga berharap, Kegiatan ini akan menambah jumlah tenaga pengajar PAI yang menguasai kemampuan membaca Alquran Braille seperti keinginan wagub. Untuk selanjutnya juga akan dibentuk komunitas guru Alquran Braille. Sehingga nantinya bisa saling sharing dan mengembangkan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.

Rencananya, masih jelas Elis, workshop yang baru pertama kali diselenggarakan Yayasan Amanah Takaful akan diikuti 20 guru PAI. “Mereka berasal dari berbagai daerah, antara lain dari Banjarnegara, Wonogiri, Boyolali, Rembang dan Kudus,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement