Kamis 07 Jul 2022 00:40 WIB

Bantul Tetapkan 12 Puskesmas Kembangkan Layanan Pengobatan Tradisional

Di Bantul ada 12 puskesmas yang menggunakan obat tradisional untuk perawatan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Di Bantul ada 12 puskesmas yang menggunakan obat tradisional untuk perawatan. Ilustrasi.
Foto: Republika/ Wihdan
Di Bantul ada 12 puskesmas yang menggunakan obat tradisional untuk perawatan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan 12 dari total 27 pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) daerah ini berinovasi mengembangkan layanan publik berupa pengobatan secara tradisional atau menggunakan herbal.

"Kalau selama ini puskesmas hanya menggunakan obat-obatan kimia, sekarang sudah kita tetapkan bahwa di Bantul ada 12 puskesmas menggunakan jamu tradisional untuk treatment," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih di Bantul, Rabu (6/7/2022).

Baca Juga

Menurut dia, pengembangan layanan kesehatan secara tradisional itu merupakan salah satu inovasi layanan publik andalan yang diberi nama Bantul Seroja yaitu Sehat, Ekonomi Meningkat Karo (bersama) Jamu. Inovasi itu telah dipresentasikan kepada tim independen penilai inovasi layanan publik pusat.

"Sudah kita presentasi bagaimana Seroja itu kita kembangkan sehingga melahirkan dua efek yaitu efek sehat dan efek ekonomi meningkat. Sehatnya adalah bahwa jamu-jamuan kita itu sudah masuk dalam sistem layanan kesehatan di puskesmas," katanya.

Meski demikian, kata Bupati, seluruh jamu-jamuan atau hasil pengolahan dari bahan herbal untuk pengobatan tersebut yang sudah diakui dan tersertifikasi oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) setempat. "Seluruh jamu yang kita gunakan adalah sudah tersertifikasi BPOM dan itu direkomendasikan oleh BPOM dan disahkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Jadi penggunaan obat-obatan kimiawi yang berefek jangka panjang itu coba kita kurangi," ungkap Abdul Halim.

Dia mengatakan jamu tradisional yang dimasukkan dalam sistem layanan tradisional tersebut tak hanya berdampak positif dari sisi kesehatan. Penggunaan jamu tradisional juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja di bidang industri jamu yang telah didiversifikasi.

"Jadi kalau dulu jamu itu bentuk hanya cair diseduh langsung diminum, maka sekarang tidak. Ada bubuk, ada kapsul, kemudian lulur, masker wajah, itu contoh-contoh diversifikasi penggunaan tanaman obat-obatan dan rempah rempah," katanya.

Pengembangan inovasi layanan publik bidang kesehatan tersebut seiring dengan tanaman obat-obatan dan rempah juga herbal yang telah mendapat pengakuan dari BPOM. "Kalau dulu masih jadi polemik, jadi kontroversi apakah boleh apa tidak menggunakan rempah dan herbal. Namun sekarang sudah diyakini itu memang ada khasiatnya dan sudah diuji secara klinis," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement