Jumat 08 Jul 2022 23:07 WIB

Wamenkeu: APBN Tahan Kenaikan Harga Pertalite

Subsidi diberikan agar masyarakat dapat tetap bangkit menjaga momen pemulihan.

Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) Pertalite di SPBU George Obos, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (5/7/2022). Pemkot Palangka Raya mengeluarkan Surat Edaran tentang pengaturan pembatasan pembelian jenis BBM pertalite dan solar untuk kendaraan roda empat maksimal sebesar Rp200 ribu dan kendaraan roda dua maksimal sebesar Rp50 ribu sebagai upaya mencegah terjadinya kelangkaan serta diperjualbelikan kembali oleh pengecer BBM.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) Pertalite di SPBU George Obos, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (5/7/2022). Pemkot Palangka Raya mengeluarkan Surat Edaran tentang pengaturan pembatasan pembelian jenis BBM pertalite dan solar untuk kendaraan roda empat maksimal sebesar Rp200 ribu dan kendaraan roda dua maksimal sebesar Rp50 ribu sebagai upaya mencegah terjadinya kelangkaan serta diperjualbelikan kembali oleh pengecer BBM.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan, APBN menjaga momentum penguatan ketahanan fiskal dengan menahan harga energi yang naik di tengah tensi global. APBN menahan kenaikan harga Pertalite.

"Harga Pertalite tidak naik, solar tidak naik. Sementara harga internasional naik maka selisih harganya dibayar APBN. Bukan berarti gratisan ada biaya yang harus dikeluarkan dari APBN," ujarnya dalam sharing session di UIN Sunan Kalijaga, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (8/7/2022).

Baca Juga

APBN yang berasal dari penerimaan pajak yang saat ini sedang meningkat cepat, lanjutnya, sebagian digunakan untuk menahan harga energi agar tidak naik melalui subsidi. Kebijakan tersebut diambil agar masyarakat yang mulai bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 tidak harus kembali berhenti akibat harga energi global yang naik.

"Tugas kita sebagai masyarakat melanjutkan pemulihan. Saya titip supaya kita melakukan pemulihan secara intensif, semakin besar dampak kepada masyarakat di sekitar kita," ucapnya.

APBN berperan sebagai shock absorber dengan mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat, menjaga momentum pemulihan serta menjaga belanja prioritas. Pemerintah juga menjaga momentum penguatan ketahanan fiskal dengan menyiapkan buffer untuk antisipasi uncertainty dan penguatan fondasi untuk konsolidasi dan keberlanjutan fiskal jangka menengah.

Lebih lanjut Suahasil menyampaikan, dari 2,5 tahun menghadapi pandemi Covid-19 terdapat dua pembelajaran. Pertama, ketika virus naik penularan bisa diturunkan dengan memperketat mobilitas manusia, mengurangi interaksi, mendorong vaksinasi. Namun jika diturunkan secara mendalam akan berimplikasi pada ekonomi.

Pelajaran kedua, ucapnya, virus Covid-19 tidak pernah hilang sehingga muncul prinsip hidup bersama virus dengan menjaga kesehatan, memastikan imunitas dan vaksinasi."Saya rasa PR kita sebagai bangsa dan individu sama, lanjutkan kemanusiaan kita. APBN akan tetap hadir, tetap menjaga perannya dan semoga menjadi sumbangsih kita semua kepada perbaikan kehidupan kita semua," tuturnya.

 

 

 

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement