"Sexy Killer" yang dipublikasikan oleh Watchdoc Image tembus 3,3 juta viewers dalam dua hari penayangan. Video ini sontak menjadi viral di kalangan warganet. Dokumenter ekspedisi Indonesia Biru bersama tim yang dirilis pada April 2019.
Betapa tidak, di film ini publik melihat pedihnya masyarakat terkena imbas kerusakan lahan, lingkungan dan air minum, bahkan nyawa pun hilang. Disertai tanggapan ringan dari gubernur, "Mati kan biasa, bisa di mana saja."
Miris, manusia seperti ini menjadi pengurus umat. Padahal sekaliber Umar bin Khattab saja takut pada Allah ketika ada keledai terperosok di jalan.
Film ini menggambarkan tentang alur bisnis penguasa, dimulai dari pembukaan jutaan hektar lahan gundul yang kemudian dibiarkan begitu saja. Bahkan di lokasi yang berbeda, tampak rumah menjadi miring, tanah amblas dan jalanan menjadi hancur.
Tidak hanya itu, air minum pun menjadi keruh. Lubang galian yang dekat dengan pemukiman warga membuat anak-anak banyak yang jatuh hingga meninggal.
Selanjutnya batu bara yang telah diambil dari tambang, kemudian dikirim ke PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Dari sini pun persoalan masih berlanjut. Lahan sawah petani yang belum jelas ganti rugi atau ganti untungnya diambil paksa. Bahkan nelayan juga terkena imbas sulit mendapat ikan akibat kapal tongkang pembawa batu bara yang kerap melintasi laut.
Ketika para kapital berusaha menyelamatkan bisnisnya, masyarakat bawah adalah yang pertama terkena dampaknya. Bukan saja kehidupan yang jauh dari sejahtera, tapi juga persoalan umat datang bertubi-tubi tanpa henti, menjerat dan mengikat. Telinga pemegang kendali tersumbat, hingga tak bisa mendengar suara umat.
Inilah yang terjadi jika kapitalisme menjadi asas pengurusan umat. Penguasa mencari untung. Umat menjadi pembeli dagangan para kapital. Tak peduli betapa buruknya jualan mereka.
Mengeruk keuntungan dari umat. Dan membenamkan umat dalam kubangan penderitaan sedalam-dalamnya. Maka tinggalkan kapitalisme. Kembali pada sistem yang terbukti bertahan selama lebih dari 13 abad.
Sungguh sangat besar harapan agar penguasa sudi kiranya memperhatikan nasib umat khususnya bagi presiden yang akan datang. Tidak hanya menjadikan umat sebagai pion-pion di bidak bisnis. Tapi memenuhi janji di awal kampanye saat mendulang suara, bahwa mereka akan mengurusi umat dengan mengerahkan segala daya, sebagai tanggung jawab kepada Allah.
Pengirim: Lulu Nugroho asal Cirebon