REPUBLIKA.CO.ID, Menarik tulisan dalam ruang Pustaka Harian Republika edisi 12 Agustus 2018 yang berjudul Lebih Jauh tentang Habibie. Tulisan tersebut mengulas buku tulisan A Makmur Makka yang berjudul Mr Crack dari Parepare berisi titik-titik penting perjalanan karier Habibie. Di sini, penulis ingin sampaikan pengalaman mendampingi Bapak BJ Habibie sebagai Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Menristek/Kepala BPPT) yang juga membawahi IPTN.
Kesempatan tersebut datang waktu penulis sebagai Kuasa Usaha Sementara KBRI Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arrab (PEA), karena waktu itu kepala perwakilan RI/dubes telah selesai tugas dan kembali ke Jakarta. IPTN ini mempunyai produk unggulan, yaitu CN 235 dan juga dipasarkan ke PEA.
BJ Habibie (Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika)
Dalam rangka memasarkan CN 235 ini, Habibie selaku Menristek/kepala BPPT dan dirut IPTN mengunjungi Abu Dhabi dan diterima Presiden PEA Sheikh Zayed bin Sultan Al- Nahyan di istananya Abu Dhabi dan penulis mendampinginya duduk di samping beliau.
Begitu semangat Bapak BJ Habibie menerangkan kemampuan IPTN memproduksi pesawat terbang CN 235 dengan segala keunggulannya dibandingkan dengan pesawat sejenis produksi negara lain. Ketika Habibie berhenti sebentar menarik napas, Presiden Zayed menyahut, "Naam, naam (ya, ya)."
Setelah satu jam berbicara tanpa henti, tiba-tiba beliau menepuk kaki penulis dan bertanya, "Apa yang perlu saya sampaikan lagi?". "Sudah cukup Bapak Menteri," jawab penulis.
BJ Habibie (Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika)
Dalam akhir pertemuan, Presiden Zayed berkata, "Untuk membicarakan pembelian pesawat CN 235 tersebut supaya dibicarakan dengan Jenderal Mohammad bin Zayed selaku Pangab". Untuk diketahui, Jenderal Mohammad itu adalah anak dari Presiden Zayed.
Pertemuan selanjutnya diadakan di atas kapal pesiar kerajaan antara Habibie dan Jenderal Mohammad. Untuk memfinalkan pembelian CN 235 tersebut, delegasi IPTN sering datang ke Abu Dhabi dan merundingkan dengan pihak PEA. Hasil final pihak PEA mau membeli tujuh buah CN 235 versi militer untuk patroli maritim.
Pada 1993 di Dubai diadakan pameran dirgantara dan IPTN juga ikut dengan memamerkan CN 235. Habibie ikut hadir dan duduk di tribun VVIP. Penulis mendampingi beliau dan di sebelah beliau duduk menteri pertahanan Inggris. Dalam budaya Arab, setiap acara jamuan selalu disuguhi kopi Arab.
Presiden RI ketiga, BJ Habibie
Anehnya, cangkir yang dibawa pramusaji hanya beberapa buah dan setelah tamu meneguk kopi tersebut, cangkir kembali dituang kopi lalu disuguhkan dengan cangkir yang sama. Menteri pertahanan Inggris menolaknya dengan alasan cangkir tidak dicuci. Sementara, Habibie langsung meneguknya sekali habis sesuai dengan adatnya.
Menjawab pertanyaan menhan Inggirs, Habibie menerangkan itu dilakukan untuk menghormati adat budaya setempat dan adat budaya ini dilaksanakan dari rakyat biasa sampai ke istana. Selesai pameran, Habibie terbang ke Abu Dhabi dengan pesawat khusus untuk menandatangani pembelian CN 235 versi militer PEA.