Pernahkah kita diberi kritik atau masukan?? Pasti pernah kan. Tentunya tidak ada manusia yang luput dikritik dan diberikan masukan. Itu karena manusia pasti ada kekurangan,kelemahan atau keterbatasan. Pepatah arab menyebutkan manusia atau al-insan dalam bahasa arab adalah makanun nisyaan wal khotho, manusia itu tempat lupa dan salah. Karena itu selama ada tarikan napas, tentu ada peluang bagi kita untuk dikunjungi kritik.
Karena kritik dan masukan atau bahkan cemoohan itu adalah hal lumrah dalam kehidupan manusia maka Islam mengatur bagaimana koridor kita menyampaikan dan meberikan masukan. Dalam Islam, setiap masukan yang baik bisa bernilai ibadah selama jika kita niatkan lillah, dilakukan untuk kebaikan dan tanpa melanggar syariatNya.
Islam mengatur bagaimana memberikan nasihat bahkan Islam memuliakan nasihat karena ia adalah sarana untuk menyampaikan hakikat kebenaran kepada sesama saudara seiman. Dan sungguh menyedihkan jika nasihat dipandang sebagai ujaran 'sok suci', ujaran 'turut campur urusan orang' atau hate speech yang bahkan pelakunya bisa dikenai sanksi. Jika nasihat dipandang seperti itu maka kebenaran kan sirna, kesalahan tak terkoreksi, kejahatan bahkan kedzaliman akan menyebar.
Maka sama-sama marilah kita dudukan nasihat di tempatnya yang benar. Tentunya bukan semata-mata didasari kepentingan, kemanfaatan ataupun opini kebanyakan. Bagi kita seorang muslim(ah) tentu acuan dasar menerima dan memberikan nasihat adalah wahyu Allah swt dan petunjukNya pada baginda Rasulullah saw.
Dalam QS al-Ashr, Allah SWT telah menyampaikan kemuliaan orang-orang yang menyampaikan nasihat. Dalam ayat ke-3, Allah SWT berfirman:
إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Yang artinya:
”Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” . Maka disebutkan dalam surat tsb bahwa hakikat manusia terkait dengan waktu yang tak dapat diputar kembali adalah dalam keadaan merugi. Secara umum merugi kecuali 3 golongan yaitu orang-orang beriman, yang beramal shalih dan mereka yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Imam as-Sa'di menjelaskan pandanganya ktika menjelaskan tafsir ayat tsb, beliau rahima Allah menyebutkan: ”Maka dengan dua hal yang pertama (iman dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah/menasehati dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar” [Taisiir Karimir Rohmaan hal. 934]. Maka kita bisa dapatkan hakikat nasihat dalam surat ini adalah untuk menyempurnakan kebaikan tuk sesamanya.
Selain ayat tsb banyak sekali firman-firman Allah SWT yang menyebutkan posisi mulia nasihat di sisi agama kita. Salah satunya ada juga dalam nasihat agung Luqman, seorang hamba Allah swt y shalih kepada anaknya. Hal tsb termaktub di QS Luqman ayat 17 yang artinya: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. Ayat ini menambah gambaran kemuliaan nasihat dalam agama kita.
Alhamdulillah, telah terang bagaimana mulianya nasihat di hadapan Allah SWT. Maka jika memang butuh kita memberikan nasihat maka sampaikanlah karena ia adalah kebaikan. Jika kita diposisi harus menerimanya maka ambilah untuk muhasabah diri. Apalagi di zaman 'terbalik' seperti ini. Kadang kebenaran tertutupi kabut gelap kepentingan hawa nafsu. Maka bagi seorang muslim(ah), lantang menyuarakan kebenaran wahyu atau syariatNya dan juga menyampaikan nasihat kebenaran dan kesabaran, insyAllah akan menjadi penerang di kabut gulita krisis dan ujian yang sedang menimpa umat.
Allahu 'alam bis shawwab
Pengirim: Novita Natalia, IRT dan pelaku homeschooling grup setara PAUD/TK di Bandung