REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida pada Senin (11/7/2022) menyerukan persatuan partai untuk stabilitas politik. Termasuk mencapai tujuan yang belum diselesaikan oleh mendiang mantan perdana menteri Shinzo Abe, seperti memperkuat militer dan merevisi konstitusi yang menolak perang.
Partai Demokrat Liberal (LDP) yang dipimpin Kishida dan mitra koalisi juniornya Komeito mengamankan mayoritas kursi di majelis tinggi parlemen dalam pemilihan pada Ahad (10/7/2022). Kishida menyambut baik kemenangan tersebut. Namun di sisi lain, Kishida mengakui bahwa menyatukan partai akan menjadi tugas yang sulit tanpa Abe.
“Karena kita telah kehilangan seorang pemimpin hebat, tidak dapat disangkal bahwa kita dapat terpengaruh dalam banyak hal. Partai kita harus bersatu saat kita menghadapi masalah yang sulit," ujar Kishida.
"Kami mewarisi wasiatnya dalam menangani berbagai masalah, termasuk amandemen konstitusi pasifis pascaperang yang dirancang Amerika Serikat," tambah Kishida.
Dalam pemungutan suara pada Ahad (10/7/2022), koalisi pimpinan LDP meraih 146 kursi di majelis tinggi. Dengan demikian, Kishida dapat memerintah tanpa gangguan sampai pemilihan yang dijadwalkan pada 2025. Hasil pemungutan suara tersebut juga memungkinkan Kishida untuk mengerjakan kebijakan jangka panjang.
Kemajuan dalam mengamandemen konstitusi sekarang menjadi kemungkinan yang realistis. Dengan bantuan dua partai oposisi yang mendukung perubahan, blok pemerintahan sekarang memiliki dua pertiga mayoritas di majelis tinggi yang diperlukan untuk mengusulkan amandemen. Sementara blok pemerintahan sudah mendapat dukungan yang dibutuhkan di majelis rendah.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Kishida untuk menyampaikan belasungkawa dan menyampaikan surat dari Presiden Joe Biden kepada keluarga Abe. Blinken mengatakan, Abe melakukan segala upaya untuk meningkatkan hubungan antara Amerika Serikat dan Jepang ke tingkat yang baru.
“Kami hanya ingin mereka tahu bahwa kami juga sangat merasakan kehilangan secara pribadi. Amerika Serikat dan Jepang lebih dari sekutu, kami adalah teman," ujar Blinken.
Blinken adalah pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Jepang setelah kematian Abe. Abe mengundurkan diri sebagai perdana menteri dua tahun lalu, dengan alasan kesehatan. Abe mengatakan, dia menyesal karena meninggalkan banyak tujuannya yang belum selesai, termasuk merevisi konstitusi yang oleh beberapa ultra-konservatif dianggap sebagai penghinaan.