REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya masih terpantau tinggi pada Kamis (14/7/2022). Di kalangan para pedagang, cabai merah dijual dengan harga Rp 100 ribu-an per kilogram.
Salah seorang pedagang di pasar terbesar di Kota Tasikmalaya itu, Welin (47 tahun), mengatakan, harga cabai terus melonjak dalam tiga bulan terakhir. Saat ini, harga cabai merah di kiosnya sudah mencapai lebih dari Rp 100 ribu per kilogram.
"Dari Lebaran naik terus, belum turun-turun," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis.
Ia tak mengetahui secara pasti penyebab terus meningkatnya harga cabai. Padahal, selama ini pasokan tetap ada. Hanya saja, harganya terus naik.
"Pasokan mah ada saja, tapi nggak tau naik kenapa harga naik terus," ujar dia.
Welin mengatakan, selama ini stok cabai merah yang berada di Kota Tasikmalaya banyak dipasok dari Garut dan Jawa Tengah. Sebab, menurut dia, di Kota Tasikmalaya sudah jarang terdapat petani cabai.
Berdasarkan laporan harian yang didapatkan dari Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya, cabai merah biasa di Pasar Cikurubuk masih dijual dengan harga Rp 130 ribu per kilogram. Sementara jenis cabai lainnya, seperti cabai keriting Rp 90 ribu per kilogram, cabai rawit domba Rp 85 ribu per kilogram, cabai rawit merah Rp 80 ribu per kilogram dan cabai rawit hijau Rp 75 ribu per kilogram.
Salah seorang petani yang ditemui Republika di Pasar Cikurubuk, Iwan (46 tahun), mengatakan, naiknya harga cabai disebabkan banyaknya petani yang gagal panen. Pasalnya, saat ini masih sering terjadi hujan di wilayah Tasikmalaya.
"Karena cuaca hujan terus, panen gagal, jadi pasokan sedikit," kata dia.
Di sisi lain, permintaan akan cabai masih tetap tinggi. Sesuai hukum pasar, menurut dia, apabila permintaan tinggi dan pasokan sedikit, harga akan terus tinggi.
Ia menjelaskan, apabila kenaikan harga cabai pada hari raya itu biasa. Sebab, ketika itu banyak permintaan. Namun, musim hari raya adalah waktunya para petani panen, sehingga pasokan tetap tersedia.
"Kalau sekarang harga melambung karena pasokan kurang, karena gagal panen. Bukan berarti kami berhenti menanam, tapi hama penyakit banyak saat musim hujan," kata dia.
Iwan mengaku belum bisa memprediksi kapan pasokan cabai akan kembali normal. Sebab, saat ini para petani masih kesulitan untuk menanam cabai.
"Sekarang juga masih terus hujan," kata dia.
Salah seorang petani cabai di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Mamay (41 tahun), mengatakan, adanya cuaca ekstrem membuat banyak petani yang gagal panen, khususnya untuk cabai keriting. Menurut dia, kondisi cuaca yang terjadi sangat memengaruhi hasil panen dari para petani.
"Namanya pertanian mah susah diprediksi," kata dia saat dihubungi Republika.co.id
Ia memprediksi, cuaca masih akan terus hujan hingga beberapa bulan ke depan. Dampaknya, petanu cabai masih akan kesulitan memanen dengan maksimal.
"Biasanya bulan satu baru normal. Harga sekarang juga masih mahal, turunnya juga kan tidak mungkin drastis. Pasti masih lama," kata dia.