REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Beberapa hari lalu Roy Citayam membuat publik heboh karena menolak beasiswa dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Dia lebih memilih menjadi kreator konten dibandingkan harus menempuh pendidikan. Menurut dia, menjadi konten kreator lebih menjanjikan dalam menghasilkan uang.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, masyarakat perlu mengetahui pekerjaan yang bersifat long lasting. Di era digital sekarang, tidak bisa ditampik fakta bahwa yang berjaya di YouTube atau yang mempunyai startup dengan pemasukan tinggi adalah sebagian dari mereka yang latar belakangnya lulusan sarjana.
"Pendidikan mereka dari perguruan tinggi. Kalau disebut ijazah tidak penting sebenarnya tidak juga. Proses pembelajaran tidak hanya dilakukan secara praktik, tetapi ada dasar teori yang kuat kalau ingin bertahan lama," kata Bhima saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (14/7/2022).
Bhima menjelaskan, agar dapat bertahan lama, perlu melakukan beberapa cara, seperti menawarkan hal yang berbeda. Misal, bagi kreator konten jangan hanya mengacu pada pembuatan konten yang mengikuti tren.
Selain itu, dalam era digital ini, perlu pintar dalam memanfaatkan momentum. "Dulu jenuh di Facebook lalu masuk ke Instagram. Sekarang masuk juga ke TikTok. Kreator konten yang pintar adalah mereka yang bisa memanfaatkan momentum. Di masa yang akan datang akan ada media platform apa? Video pendek atau fotokah? Ini bisa membuat kreator konten bisa lebih depan dibandingkan pesaingnya," ujarnya.
Sementara itu, untuk mendukung anak muda di era digital ini, Bhima menyarankan agar pemerintah memfasilitasi acara-acara untuk mereka. "Bisa juga pemerintah melakukan perputaran pemain digital yang sudah sukses untuk mengadakan sharing diskusi. Misal, ada Jakarta Creative Hub, dikombinasikan bisa dengan yang lagi tren sekarang, Citayam Fashion Week. Sehingga penyaluran kreativitasnya difasilitasi pemerintah dan bisa dimonetisasi dalam jangka panjang,” tambahnya.